Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah buka suara ihwal dampak kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat terhadap aktivitas ekonomi global maupun Indonesia.
Bagi Sri Mulyani, kembalinya Trump ke pucuk pimpinan tertinggi di Negeri Paman Sam bukanlah kabar yang baik. Ia bahkan mengatakan, peristiwa kemenangan Trump saja sebagai Presiden AS pada Pilpres 2024 yang digelar 5 November 2024 menghambat sentimen positif di dalam negeri.
"Dari pasar keuangan ada perkembangan tapi kita lihat pergerakan dengan terpilihnya Trump memberikan sentimen yang cukup kuat pada minggu ini," kata Sri Mulyani saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (11/11/2024).
Dari sisi kurs rupiah, dia mengatakan sebetulnya sempat mengalami penguatan beberapa saat terakhir, namun karena berita Trump terpilih sebagai Presiden AS, kini malah mengalami depresiasi.
"Dan sekarang dengan terpilihnya Trump dolar indeks menguat, sehingga rupiah kita dalam minggu ini cenderung tertekan," ungkap Sri Mulyani.
"Tapi overall kita mengalami koreksi 2,68%. Dibandingkan yang lain baik G20 dan G7 kita masih lebih baik. Dibandingkan Kanada depresiasinya 4,46%, Filipina 5,69%, dan Korea Selatan 6,79%," ucap Sri Mulyani.
Adapun, dari sisi aliran modal asing yang keluar, dia katakan terjadi sebesar US$ 4,12 triliun di pasar SBN. Padahal, pada Oktober 2024 ia anggap terjadi aliran modal masuk atau inflow sebesar US$ 14,98 triliun.
Kondisi ini yang menurutnya juga menyebabkan imbal hasil atau yield dari SBN Indonesia meningkat sedikit ke level 6,76% setelah sebelumnya pada Oktober trennya menurun. Membuat selisih atau spread dengan yield US Treasury merendah.
"Walaupun Fed Fund Rate turun tapi counter sentimen politik di Amerika terutama terpilihnya Trump dan outlook federal budget berikan dampak berbeda ke US Treasury," tegasnya.
Di sisi lain, dia menekankan Trump juga berpotensi membuat kebijakan perubahan iklim AS tidak seperti masa kepemimpinan Presiden Joe Biden. Terutama terkait dengan kebijakan untuk penurunan kadar CO2 dunia, sehingga berpotensi mempengaruhi harga energi ke depan.
"Dari energi itu berbeda atau tidak mengikuti seperti Biden. Ini akan berikan dampak, baik terhadap minyak maupun tren ke depan dari isu climate change dan energi," tuturnya.
Perry juga memiliki pandangan yang tak jauh berbeda dengan Sri Mulyani. Ia mengatakan sudah mengkalkulasi berbagai kemungkinan dampak dari hasil Pilpres AS 2024 yang dimenangkan oleh Donald Trump terhadap Kamala Harris. Trump merupakan mantan Presiden AS ke 45 dengan periode jabatan 2017-2021.
Perry mengatakan, potensi ekonomi yang bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS di antaranya penguatan mata uang dolar AS yang akan terus terjadi ke depan, seiring dengan kembali munculnya tren penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate.
"Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut," ungkap Perry.
Dia mengatakan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin seret.
"Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan," tuturnya.
Guna mengantisipasi potensi risiko dari menangnya Trump dalam Pilpres AS itu, Perry mengatakan, BI akan bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan, sambil terus mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
"Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK," ujar Perry.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Trump Menang & Keputusan The Fed, Bikin Rupiah Kuat Atau Amblas?
Next Article Sri Mulyani Yakin Suku Bunga AS Akan Segara Turun, Ini Alasannya