Pak Prabowo Hati-Hati! IMF Ingatkan Sederat Ancaman Ekonomi Ini

2 months ago 23

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan ancaman utang yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah akan tetap menjadi hambatan utama bagi ekonomi global.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan meskipun kemajuan penting telah dicapai dalam pemulihan ekonomi global, pemerintah telah menjadi terlalu terbiasa meminjam, dengan "pertumbuhan yang lemah" menambah tantangan dalam membayar utang tersebut.

"Ini belum saatnya untuk merayakan," katanya kepada CNBC Internasional dikutip Jumat (18/10/2024).

"Ketika kita melihat tantangan di depan kita, yang terbesar adalah pertumbuhan yang rendah, utang yang tinggi. Di sinilah kita dapat dan harus melakukan yang lebih baik," tambahnya.

Namun, Georgieva memuji pekerjaan bank sentral negara maju dalam menjinakkan inflasi, dia mencatat bahwa pencapaian tersebut belum universal dan bahwa beberapa ekonomi terus berjuang dengan harga yang lebih tinggi, yang menambah ketidakpuasan sosial dan politik.

"Ekonomi utama yang sukses telah melakukannya dengan sangat baik ... dan ada kantong-kantong di dunia di mana inflasi masih menjadi masalah," katanya.

Menurutnya, dampak dari harga yang lebih tinggi masih ada, dan itu membuat banyak orang di banyak negara merasa terbebani dan marah. Minggu depan, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 akan menghadiri pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

Dalam forum ini, mereka akan membahas berbagai topik termasuk prospek ekonomi dunia, pengentasan kemiskinan, dan transisi energi hijau.

Georgieva memperingatkan perdagangan internasional tidak akan lagi menjadi "mesin pertumbuhan" seperti dulu, dengan menyoroti maraknya kebijakan restriktif di banyak negara.

RETALIASI AS & EROPA LAWAN CHINA

AS dan Uni Eropa mulai bergerak untuk mengenakan serangkaian tarif tambahan terhadap China atas praktik perdagangan Beijing yang dinilai tidak adil. Hal ini dinilai IMF berisiko menekan pertumbuhan.

Direktur pelaksana IMF ini sebelumnya telah memperingatkan terhadap pembatasan tersebut, mengatakan kepada CNBC pada bulan Juni bahwa "kecintaan" negara-negara yang semakin besar terhadap pembatasan perdagangan, seperti tarif, merusak pertumbuhan global.

Pada hari Kamis, ia menegaskan kembali pesan itu dengan menyoroti bahwa langkah-langkah "balasan" atau retaliasi perdagangan yang dapat merugikan target ekonomi negara-negara.

"Saran kami adalah, perhatikan dengan saksama biaya dan manfaatnya dan apa artinya itu dalam jangka menengah. Dan tentu saja kami melakukan bagian kami dengan menghitung biaya dan manfaat, dan menunjukkan siapa yang menanggungnya, karena tarif biasanya ditanggung oleh bisnis dan konsumen di negara yang memberlakukannya," katanya.

Georgieva juga menyoroti kondisi ekonomi diberbagai negara, selain Amerika Serikat. Kondisi ini menyangkut scarring effects setelah pandemi dan dampak perang Rusia dan Ukraina.

"Apa yang kita lihat di Amerika Serikat, tetapi juga di tempat lain, adalah tekanan dari orang-orang yang merasa bahwa globalisasi tidak berhasil bagi mereka; pekerjaan mereka hilang, komunitas mereka tidak diperhatikan, dan kekhawatiran tentang alasan keamanan - sebagian besar didasarkan pada dampak pandemi, dan dampak agresi Rusia terhadap Ukraina - menjadikan prioritas keamanan nasional sebagai prioritas utama," katanya.

"Semua ini memang menciptakan lebih banyak lingkungan yang tidak saling percaya dan sekarang negara-negara maju lebih banyak daripada negara-negara berkembang yang memimpin dalam langkah-langkah industrialis [dan] dalam langkah-langkah proteksionis," sambungnya.

Bos IMF ini sebelumnya juga menyinggung kekhawatiran soal konflik yang meluas di Timur Tengah dan potensinya yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi regional dan pasar minyak dan gas global.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: PDB Tembus USD 3,4 T, ASEAN Bakal Jadi Kekuatan Ekonomi Dunia

Next Article IMF Beri Pesan ke Prabowo-Gibran, Ini Isinya!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|