Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan sikap wait and see pelaku pasar.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,03% di angka Rp15.580/US$ pada hari ini, Jumat (25/10/2024). Sementara selang beberapa menit setelah perdagangan dibuka, rupiah kembali tersungkur ke angka Rp15.615/US$.
Sementara DXY pada pukul 08:57 WIB stagnan 0% di angka 104,06. Angka ini sama dengan posisi kemarin (24/10/2024) yang berada di angka 104,06.
Depresiasi yang terjadi pada DXY maupun imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun kemarin akan memberikan sedikit harapan bagi nilai tukar rupiah meskipun tetap masih ada sikap menunggu oleh pelaku pasar.
Tampak imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun turun 0,94% pada Kamis kemarin dan pagi hari ini tercatat kembali turun 0,15%.
Disaat yang bersamaan, tampak hasil klaim pengangguran AS tercatat meningkat. Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis bahwa pengajuan klaim pengangguran turun sebanyak 15.000 menjadi 227.000 untuk minggu tanggal 19 Oktober. Jumlah tersebut lebih sedikit dari perkiraan analis sebanyak 241.000.
Pengajuan klaim mingguan untuk tunjangan pengangguran dianggap sebagai proksi untuk PHK di AS.
Klaim berkelanjutan, jumlah total warga Amerika yang menerima tunjangan pengangguran, naik sebanyak 28.000 menjadi 1,9 juta untuk minggu tanggal 12 Oktober. Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi sejak 13 November 2021.
Peningkatan klaim berkelanjutan menunjukkan bahwa beberapa penerima tunjangan merasa lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru. Hal itu bisa berarti bahwa permintaan pekerja berkurang, bahkan saat ekonomi tetap kuat.
Di sisi lain, pelaku pasar saat ini sedang bersikap wait and see terhadap kebijakan Presiden Prabowo yang akan segera dilakukan beserta jajarannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG & Rupiah Kompak Menguat Usai Prabowo Panggil Calon Menteri
Next Article Masih 'Sulit' Lawan Dolar AS, Rupiah Kapan Ke Bawah Rp.15.500/USD?