Prabowo Geram Ekonomi RI Tak Efisien, INSW Dievaluasi

1 month ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya level Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia membuat Presiden Prabowo Subianto geram. Jajaran menterinya pun langsung berbenah supaya angka ICOR itu bisa turun, salah satunya dengan mengevaluasi sistem Indonesia National Single Window (INSW).

Evaluasi sistem INSW dilakukan jajaran menteri Prabowo hari ini di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Evaluasi itu menitikberatkan pada perbaikan data dan penguatan integrasi layanan perdagangan dan logistik internasional di Indonesia, termasuk pengelolaan dokumen kepabeanan hingga perizinan.

INSW itu sendiri dikelola oleh Lembaga Nasional Single Window atau LNSW untik penanganan dokumen kepabeanan, dokumen kekarantinaan, dokumen perizinan, dokumen kepelabuhanan/kebandarudaraan, dan dokumen lain, yang terkait dengan ekspor dan/atau impor secara elektronik.

"Jadi bahas tentang LNSW tentang perbaikan, sistemnya, integrasi dari kementerian lembaga, integrasi pelayanan, jadi bisa mengurangi biaya dan waktu, dan memberi kepastian kepada dunia usaha untuk ekspor-impor," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ditemui usai Rapat Koordinasi INSW di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko Cahyanto menambahkan, perbaikan INSW ke depan juga akan berfokus pada perbaikan data-data seluruh aktivitas ekonomi di tanah air, mulai dari proses produksi sampai dengan kegiatan perdagangan dalam negeri, hingga luar negeri melalui ekspor.

"Agar data-data terkait dengan mulai dari produksi, kemudian yang diperdagangkan, baik ekspor maupun dalam negeri ini bisa menjadi satu data yang lebih lengkap, lebih komprehensif dan memudahkan kita menyusun kebijakan sampai dengan memudahkan tracebilitynya dari seluruh proses tersebut," tegas Airlangga.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menilai perekonomian Indonesia tidak efisien. Terlihat dari level ICOR yang tinggi, di atas negara tetangga.

ICOR mencerminkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output dalam mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Nilai ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output.

Semakin besar nilai koefisien ICOR, maka semakin tidak efisien perekonomian pada periode waktu tertentu. Berlaku juga sebaliknya.Banyak faktor yang membuat nilai ICOR Indonesia tinggi mulai dari sarana infrastruktur yang kurang memadai, ruwetnya birokrasi, ongkos produksi, hingga tingginya biaya logistik.

"ICOR kita dinilai angkanya 6, ICOR tetangga kita beberapa ICOR-nya 4 atau 5 artinya kita dinilai lebih tidak efisien dari ekonomi negara tetangga kita. Bahkan tidak efisiennya itu dinilai 30%," ungkap Prabowo dalam penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/12/2024)


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ganggu Investasi, Luhut: Kurangi Orang "Toxic" di Pemerintahan

Next Article Ada Masalah Berat Tak Selesai di Era Jokowi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|