Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Rupiah kembali melemah usai indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil Treasury AS yang kompak menguat. Pengumuman Kabinet Merah Putih Prabowo belum mampu menopang penguatan Rupiah.
Melansir data Refintiv, pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (22/10/2024) pukul 09.00 WIB, Rupiah dibuka melemah 0,10% di level Rp15.505/US$1.
Pada perdagangan Senin (21/10/2024), indeks dolar AS melesat 0,50% di level 104,01. Begitu juga dengan imbal hasil Treasury AS 10 tahun yang melejit 2,63% di level 4,18%.
Rupiah lanjut melemah usai pengumuman Kabinet Merah Putih yang baru dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Pasar pada kemarin tampak menunggu kebijakan ekonomi dari jajaran menteri baru, terutama terkait reformasi ekonomi yang telah dijanjikan Prabowo dalam pidato perdananya.
Pelantikan Prabowo dan Gibran pada Minggu (20/10/2024) di Gedung MPR/DPR/DPD menandai awal pemerintahan baru yang langsung mengumumkan Kabinet Merah Putih.
Investor kini mencermati langkah-langkah strategis dari tim ekonomi, yang diharapkan mampu memperbaiki situasi ekonomi, termasuk mengatasi masalah korupsi dan swasembada pangan.
Namun, ketidakpastian seputar arah kebijakan yang akan diambil oleh kabinet baru ini telah menimbulkan kehati-hatian di kalangan pelaku pasar, yang tercermin pada pelemahan nilai tukar rupiah.
Meski Prabowo dalam pidatonya telah berkomitmen untuk mempercepat swasembada pangan dan memberantas korupsi melalui reformasi sistem, pasar masih menunggu realisasi dari janji-janji tersebut.
Selain itu, Bank Indonesia akan mengumumkan data uang beredar M2 periode September 2024 pada hari ini Selasa (22/10/2024).
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Agustus 2024 mencapai Rp8.973,7 triliun atau tumbuh sebesar 7,3% (yoy). Realisasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,6% (yoy).
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,0% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,6% (yoy). Rinciannya, penyaluran kredit pada Agustus 2024 tumbuh sebesar 10,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 11,7% (yoy). Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 12,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 15,9% (yoy). Sementara itu, aktiva luar negeri bersih terkontraksi sebesar 1,1% (yoy), setelah terkontraksi sebesar 0,1% (yoy) pada Juli 2024.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Simak Proyeksi IHSG & Rupiah Pekan Depan!
Next Article BI Tahan Suku Bunga, Dolar Stagnan di Rp 15.990