Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), Subholding Power & NRE dari PT Pertamina (Persero), mengungkapkan bahwa pihaknya akan menambah produksi bioetanol hingga 30 ribu kilo liter (kl) yang ditargetkan paling cepat akan tercapai pada 2025 mendatang.
Bioetanol sendiri merupakan salah satu bahan bakar nabati sebagai campuran untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. Saat ini, bahan baku bioetanol di Indonesia berasal dari molase atau tetes tebu.
CEO Pertamina NRE John Anis mengatakan, target tambahan bioetanol pada tahun 2025 atau awal tahun 2026 tersebut bisa diproduksikan dari pabrik bioetanol perusahaan bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) di Glenmore Banyuwangi, Jawa Timur.
"Kami di Glenmore itu ada 30 ribu kilo liter yang bisa kita produksikan. Itu mudah-mudahan bisa segera kita produksikan tahun depan atau di awal 2026," bebernya pada sesi panel diskusi Anugerah Dewan Energi Nasional (DEN) 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Dia mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan terobosan untuk bisa memproduksikan bioetanol di dalam negeri sebagai bahan campuran BBM, salah satunya untuk mengurangi jumlah impor BBM di Indonesia.
"Jadi memang betul kami berharap tetap bisa mencari terobosan bagaimana tidak berkompetisi dengan pangan. Tapi tetap bisa memberikan kontribusi untuk energi, terutama untuk bioetanol ini," katanya.
Pertamina NRE berkomitmen untuk bisa terus berkontribusi dalam menjamin ketahanan energi nasional.
Tak tanggung-tanggung, terkait urusan ini, Pertamina NRE akan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebesar US$ 6,3 miliar atau Rp 98 triliun (kurs Rp 15.571) hingga tahun 2029.
Jumlah tersebut sembilan kali lebih banyak dari capex saat ini yang tercatat sebesar US$ 700 juta.
Saat ini Pertamina NRE sendiri tengah memiliki rencana kerja untuk membangun bioetanol baru dengan kapasitas 30 ribu kilo liter per tahun. Rencana ini menjadi bagian dari strategi perusahaan yang telah mendapat amanah oleh induk usahanya PT Pertamina (Persero) dalam mempercepat proses transisi energi.
"Kita kembangkan plan baru yang ada di Banyuwangi. Kita scaleup kapabilitas bioetanol, ada peluang besar dengan pengusaha nasional, tidak hanya pengurangan emisi co2," jelas Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE Iin Febrian dalam Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024).
Implementasi bioetanol sebagai campuran BBM telah dimulai oleh Pertamina melalui peluncuran produk Pertamax Green 95 dengan campuran bioetanol 5% (E5) pada tahun 2023 lalu. Langkah ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor transportasi melalui penyediaan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Pemerintah mendorong penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar transportasi dengan harapan langkah ini dapat mengurangi impor BBM nasional, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan GDP, serta berkontribusi pada penurunan emisi dalam jangka panjang. Langkah ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Perlu diketahui, saat ini terdapat empat produsen yang mampu memproduksi bioetanol fuel grade dengan total kapasitas sekitar 63.000 kl per tahun.
Persebaran produsen bioetanol masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Sumatera bagian selatan.
Empat produsen bioetanol di Tanah Air antara lain:
1. PT Indonesia Ethanol Industry di Lampung Tengah, dengan kapasitas 20.000 kl per tahun.
2. PT Madu Baru di DI Yogyakarta, dengan kapasitas 3.000 kl per tahun.
3. PT Melinda Raya Industrial di Malang, Jawa Timur, dengan kapasitas 10.000 kl per tahun.
4. PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Mojokerto, Jawa Timur, dengan kapasitas 30.000 kl per tahun.
(wia/wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Ubah Skema Subsidi BBM Jadi BLT, Siapa Yang Dapat?
Next Article Tok! Harga Bioetanol Agustus 2024 Turun Jadi Rp 15.010 Per Liter