Jakarta, CNBC Indonesia - Bumi diramalkan makin panas. Dari survei terbaru, kebanyakan pakar iklim percaya pemanasan suhu Bumi akan melampaui 1,5 derajat Celcius atau melampaui target Kesepakatan Paris 2015, yaitu pada level "jauh di bawah" 2 derajat Celcius.
Responden dalam survei tersebut merupakan penulis Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Dari hasil survei, 211 responden pesimistis akan bisa mencapai target tersebut. Menurut mereka, target Paris tidak akan tercapai karena kebijakan yang ada dirasa belum radikal untuk bisa mengurangi emisi karbon.
Namun, mereka mengatakan percaya Bumi dapat mencapai emisi karbondioksida nol (net zero Co2) pada paruh kedua abad ini. Jawaban tersebut menunjukkan optimisme terkait upaya mitigasi akan mengarah mencapai sasaran perjanjian Paris.
Mayoritas responden optimistis adanya potensi penghilangan Co2 di atmosfer menggunakan teknologi. Ini menunjukkan keyakinan soal perkembangan teknologi bisa menghilangkan lima gigaton karbon dioksida (GtCo2) per tahun pada 2050, atau batas terendah kisaran untuk memenuhi target Paris.
Sekitar 80 tahun lagi juga diperkirakan suhu Bumi meningkat. Sebanyak 86 persen responden tercatat memperkirakan pemanasan mencapai di atas 2 derajat Celcius tahun 2100 mendatang.
Mayoritas ilmuwan memperkirakan suhu Bumi pada 2100 bisa 2,7 derajat Celcius lebih panas dibandingkan era sebelum revolusi industri. Sebagai perbandingan, saat ini, suhu Bumi sudah lebih panas 1,3 derajat Celcius dibanding era praindustri. Pada suhu sekarang, dampak "kiamat" pemanasan global sudah dirasakan manusia dalam bentuk gelombang panas, kebakaran lahan, kekeringan, banjir, hingga pusaran badai.
Meski rasa pesimistis tergambar jelas, bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan manusia. Penulis riset Damon Matthews, menjelaskan hasil survei bukan berarti tingkat pemanasan tidak bisa dihindari.
"Respons-respons ini bukanlah prediksi mengenai pemanasan di masa depan, tapi lebih merupakan ukuran dari keyakinan komunitas ilmiah. Jawaban-jawabannya secara mengejutkan konsisten dengan perkiraan sebelumnya tentang apa yang akan terjadi jika kebijakan iklim kita saat ini terus berlanjut tanpa adanya peningkatan upaya," jelasnya.
Dia mengatakan pandangan ilmuwan soal potensi iklim sangat penting. Meski begitu juga dibutuhkan sudut pandang lain dari masyarakat yang lebih luas untuk memperlambat laju kenaikan temperatur global.
"Ilmuwan iklim tentu saja memiliki keahlian dalam sistem iklim dan transisi energi, namun implementasi kebijakan dan perubahan sosial adalah yang sebenarnya menentukan seberapa cepat penurunan emisi," kata Matthews selaku seorang profesor di Departemen Geografi, Perencanaan dan Lingkungan Concordia University.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Majukan Bisnis Telco, Ini Pesan Rudiantara ke Kabinet Prabowo
Next Article 15.000 Ilmuwan Kompak Teriak Kiamat Sudah Dekat