9 Update Perang Arab: Iron Dome Bobol-Raksasa NATO Ultimatum Israel

4 weeks ago 15

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Saling serang antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hizbullah masih terus berlangsung. Pada Minggu, sebuah drone kelompok dari Lebanon itu berhasil menembus pertahanan udara Israel tanpa terdeteksi, menghantam pangkalan Brigade Golani sekitar 40 mil ke Israel dari perbatasan.

Akibat serangan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk menyerang Hizbullah tanpa ampun.

Berikut update terkait situasi di wilayah Timur Tengah saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Rabu (16/10/2024).

Serangan Hizbullah Ungkap Kelemahan Israel

Serangan Hizbullah ke pangkalan militer Israel telah membobol sistem pertahanan Israel, Iron Dome. Serangan ini pun disebut telah mengungkap kelemahan Israel.

Diluncurkan dari Lebanon Selatan, sebuah drone Hizbullah berhasil menembus pertahanan udara Israel tanpa terdeteksi dan menghantam pangkalan Brigade Golani sekitar 40 mil ke Israel dari perbatasan pada Minggu.

Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, sebenarnya dikonsep dengan kemampuan yang canggih untuk mencegat dan menghancurkan sebagian besar proyektil yang ditembakkan ke negara tersebut. Namun, sistem tersebut dirancang dan dikembangkan terutama untuk melawan roket dan rudal, bukan drone yang terbang rendah dan cepat.

Meskipun Militer Israel belum mengatakan jenis pesawat apa yang digunakan dalam serangan hari Minggu, para ahli mengatakan kemungkinan besar itu adalah pesawat nirawak Mirsad, jenis yang dikenal di Iran sebagai pesawat nirawak Ababil.

"Drone semacam itu lebih sulit dideteksi karena ukurannya kecil, sangat ringan, dengan tanda radar yang sangat rendah. Iran dan sekutunya berusaha untuk mengalahkan sistem pertahanan Israel," pungkas peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel (INSS) di Tel Aviv, Orna Mizrahi.

Israel Hadapi Krisis Rudal Pertahanan Udara

Israel tengah menghadapi "kekurangan" rudal pertahanan udara, yang mendorong pemerintah Netanyahu untuk mencari bantuan dari Amerika Serikat (AS). Hal ini dilaporkan oleh Financial Times.

"Keterbatasan pasokan dan tuntutan perang telah membuat militer Israel bergantung pada AS untuk mengisi kekosongan perisai pelindung," demikian laporan tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, AS mengumumkan akan mengerahkan sistem antirudal THAAD ke Israel karena terus memberikan dukungan "kuat" bagi sekutunya selama ketegangan meningkat dengan Iran.

Awal bulan ini, Iran menembakkan rentetan rudal ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah serta seorang jenderal Iran. Setelah serangan itu, Israel mengancam akan menyerang Iran, yang menurut para analis dapat semakin memperluas konflik.

Israel Akan Bertindak Sendiri dalam Menanggapi Serangan Iran

Kantor PM Netanyahu mengatakan akan mempertimbangkan "pendapat" AS tetapi akan bertindak sebagai tanggapan atas serangan rudal Iran baru-baru ini berdasarkan "kepentingan nasional"-nya sendiri.

"Kami mendengarkan pendapat Amerika Serikat, tetapi kami akan membuat keputusan akhir berdasarkan kepentingan nasional kami," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut menyusul laporan berita, yang mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, bahwa Netanyahu meyakinkan Gedung Putih bahwa serangan balasan apa pun akan terbatas pada lokasi militer, bukan fasilitas nuklir atau minyak.

Israel telah berjanji untuk membalas serangan rudal Iran, dengan Menteri Pertahanan Gallant mengatakan tanggapannya akan "mematikan, tepat, dan mengejutkan".

Israel Luncurkan 200 Serangan Udara di Lebanon dalam 24 jam

Militer Israel mengatakan telah meluncurkan total 200 serangan di Lebanon dalam 24 jam terakhir saat memperluas targetnya terhadap Hizbullah.

Sejauh ini fokus utama operasi militer Israel di Lebanon adalah di Lembah Bekaa di timur, pinggiran kota Beirut, dan di selatan, tempat insiden yang melibatkan pasukan Israel dan pasukan penjaga perdamaian PBB telah menciptakan ketegangan.

Sebagai tanggapan, Hizbullah melancarkan serangan balasan, menghantam target di al-Marj di Lebanon, tempat pasukan Israel melakukan operasi militer. Tidak ada laporan langsung tentang korban jiwa.

Menurut Radio Angkatan Darat Israel, Hizbullah juga mengintensifkan penggunaan rudal balistiknya, menargetkan kota Haifa dengan dua rudal permukaan-ke-permukaan, yang memaksa ribuan penduduk di Israel utara berlindung.

Sebelumnya, menurut pejabat kesehatan Lebanon, Israel menyerang kota Aitou di Lebanon utara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, menewaskan sedikitnya 21 orang.

Israel Bilang ke AS Tak Akan Serang Nuklir atau Minyak Iran

Israel telah meyakinkan Gedung Putih bahwa serangan balasan yang direncanakan terhadap Iran tidak akan menargetkan fasilitas nuklir atau minyak.

Mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, The Washington Post melaporkan bahwa PM Israel Netanyahu memberi tahu Gedung Putih bahwa serangan balasan yang sedang mereka rencanakan hanya akan menargetkan lokasi militer.

The Wall Street Journal, yang juga mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, mengatakan janji tersebut disampaikan dalam panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu minggu lalu, serta dalam percakapan beberapa hari terakhir antara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan mitranya dari Israel, Yoav Gallant.

Israel telah berjanji untuk melakukan serangan balik setelah Iran menembakkan rudal balistik ke negara itu pada tanggal 1 Oktober sebagai tanggapan atas pembunuhan Israel terhadap para pemimpin yang berpihak pada Teheran di wilayah tersebut, termasuk Hassan Nasrallah dari Hizbullah.

UNICEF: 400.000 Anak Mengungsi di Lebanon dalam 3 Minggu

Badan PBB untuk anak-anak UNICEF memperingatkan tentang "generasi yang hilang" di Lebanon yang bergulat dengan berbagai krisis dan diperparah akibat serangan Israel.

Pertempuran di Lebanon telah menyebabkan 1,2 juta orang meninggalkan rumah mereka, sebagian besar mengungsi ke Beirut dan tempat lain di utara selama tiga minggu terakhir.

Ted Chaiban, wakil direktur eksekutif UNICEF untuk aksi kemanusiaan, mengunjungi sekolah-sekolah yang telah diubah menjadi tempat penampungan untuk menampung keluarga-keluarga yang mengungsi.

"Yang mengejutkan saya adalah perang ini baru berlangsung tiga minggu dan begitu banyak anak yang terkena dampaknya," katanya, seperti dikutip Al Jazeera. "Saat kita duduk di sini hari ini, 1,2 juta anak kehilangan pendidikan. Sekolah umum mereka tidak dapat diakses, rusak akibat perang, atau digunakan sebagai tempat penampungan."

Serangan Mematikan Israel di Gaza

Serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 40 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza saat mereka memperketat tekanan di sekitar Jabalia di utara daerah kantong itu.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 11 orang tewas oleh tembakan Israel di dekat al-Faluja di Jabalia, kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Gaza, sementara 10 lainnya tewas di Bani Suheila di Khan Younis timur di selatan ketika sebuah rudal Israel menghantam sebuah rumah.

Sebelumnya pada Selasa, serangan udara Israel menghancurkan tiga rumah di pinggiran kota Sabra di utara Kota Gaza dengan dua jenazah ditemukan. Pencarian terus dilakukan terhadap 12 orang lainnya yang diyakini berada di rumah-rumah itu pada saat itu.

Lima orang lainnya tewas ketika sebuah rumah diserang di kamp Nuseirat di Gaza tengah.

Badan Ini Tolak Trump dan Harris Karena Dukung Israel

Komite Aksi Politik Arab-Amerika (AAPAC) tidak akan memberikan dukungan kepada Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Republik Donald Trump untuk Israel, dalam operasi militernya di Gaza dan Lebanon.

AAPAC mengatakan keduanya melakukan "dukungan buta" kepada Israel.

Pemilu AS tanggal 5 November akan menandai pertama kalinya AAPAC memilih untuk tidak mendukung kandidat sejak kelompok tersebut didirikan tahun 1998. Biasanya, kelompok ini mendukung Demokrat. Jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat antara Harris dan Trump.

Warga Arab dan Muslim Amerika sangat mendukung Presiden Joe Biden pada tahun 2020 tetapi telah menjadi penentang vokal dukungan AS untuk Israel, yang telah mengikis dukungan mereka terhadap Demokrat, khususnya di negara bagian penting seperti Michigan.

Jerman Ultimatum Israel dan Buat Klausul soal Genosida

Jerman menolak untuk mengirim senjata ke Israel kecuali Yerusalem Barat memberikan jaminan tertulis bahwa senjata itu tidak akan digunakan untuk menyerang warga sipil di Gaza. Hal ini dilaporkan oleh media Jerman, Bild, yang juga dituliskan kembali oleh Politico dan dilaporkan Russia Today.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Berlin tidak menyetujui penjualan senjata apapun ke Israel sejak Maret. Manuver ini diinisiasi Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock dan Menteri Ekonomi Robert Habeck, yang ingin agar Israel berjanji senjata itu tidak akan digunakan terhadap warga sipil di Gaza.

"Pemerintah Israel harus memberikan jaminan tertulis kepada pemerintah Jerman bahwa ekspor senjata dari Jerman tidak akan digunakan untuk genosida," kata Bild, mengutip sumbernya di kalangan pemerintah dan pertahanan.

Hukum Jerman melarang pengiriman senjata ke negara-negara yang berisiko digunakan terhadap warga sipil. Maka itu, dalam konteks Israel-Gaza, pengadilan administratif Jerman dapat menghentikan pengiriman tersebut bila tidak ada komitmen dari Tel Aviv.

Baerbock secara terbuka mendukung hak Israel untuk membela diri. Namun menekankan dalam pidatonya minggu lalu bahwa 'hukum humaniter internasional dan hak Israel untuk hidup saling terkait erat'.

"Pengiriman senjata ke Israel adalah tentang kepatuhan terhadap aturan hukum humaniter internasional," kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut kepada Politico.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Hizbullah Luncurkan Rudal Ke Israel, Incar Pabrik Bahan Peledak

Next Article Israel Bunuh Komandan Hamas di Lebanon, Front Perang Baru Memanas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|