Jakarta, CNBC Indonesia - Israel tengah mempersiapkan serangan udara terhadap Iran dalam upaya untuk menunjukkan kekuatan militernya kepada dunia. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengungkapkan hal ini saat mengunjungi kru Angkatan Udara di pangkalan Hatzerim pada Rabu (23/1/2024).
Ia menegaskan bahwa serangan ini akan membuat dunia memahami persiapan yang telah dilakukan Israel.
"Setelah kami menyerang Iran, mereka akan memahami di Israel dan tempat lain betapa kuatnya persiapan kalian," ujar Gallant kepada para kru, dalam sebuah video yang disebarkan oleh kantornya, dilansir The Guardian.
Di platform X, Gallant menambahkan, "Setelah kami menyerang Iran, semua orang akan memahami kekuatan kalian, proses persiapan, dan pelatihan - musuh manapun yang mencoba melukai Israel akan membayar harga yang sangat mahal."
Serangan ini direncanakan sebagai respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober lalu. Serangan tersebut dilakukan sebagai pembalasan atas terbunuhnya pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, oleh Israel.
Namun, rencana serangan ini telah menjadi subjek diskusi panjang antara pemimpin Israel dan pemerintahan Biden di Amerika Serikat. Washington mendesak Israel agar tidak menargetkan infrastruktur industri minyak Iran atau program nuklirnya, mengingat potensi eskalasi yang bisa terjadi, terutama dengan pemilihan presiden AS yang tinggal dua minggu lagi.
Konflik Multi-Front
Saat ini, Israel terlibat dalam pertempuran di beberapa front. Pada Rabu, Hizbullah mengonfirmasi kematian Hashem Safieddine, yang diperkirakan akan menjadi pengganti Nasrallah. Israel mengeklaim bahwa Safieddine tewas dalam serangan udara pada awal bulan ini, bersama dengan Ali Hussein Hazima, kepala unit intelijen Hizbullah.
Hizbullah juga mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan 39 operasi terhadap Israel, termasuk menembak jatuh dua drone, menyerang enam tank, dan menargetkan 19 kelompok tentara Israel.
Serangan-serangan ini terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir, seiring dengan pernyataan Hizbullah yang menyatakan bahwa mereka telah memasuki fase eskalasi dalam perang melawan Israel.
Sementara itu, Israel terus melakukan serangan udara di Tyre, salah satu kota terbesar di Lebanon selatan yang menjadi tempat perlindungan bagi ribuan keluarga yang terlantar akibat pertempuran di selatan. Tyre, yang merupakan kota pelabuhan kuno dan terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, juga menjadi sasaran perluasan kampanye militer Israel.
Salah satu pengungsi, Rita Darwish, yang mengungsi ke Tyre dari desa Dhayra di perbatasan, mengungkapkan ketakutannya. "Kami duduk di sini ketakutan. Serangan ini dekat dengan kami, suaranya sangat dekat. Kami sangat ketakutan," katanya. Ia menambahkan bahwa ia akan melarikan diri dari Tyre "pada kesempatan pertama" setelah pengeboman berhenti.
Di kamp pengungsi Jabaliya di Gaza utara, IDF melanjutkan upaya penangkapan terhadap pria Palestina dalam upaya untuk mengakhiri perlawanan di wilayah tersebut.
PBB memperkirakan bahwa sekitar 60.000 orang telah melarikan diri dari Gaza utara ke bagian selatan jalur Gaza dalam dua minggu terakhir akibat perintah evakuasi Israel, serangan militer, serta kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.
Situasi ini terus memanas, dengan perhatian dunia tertuju pada dampak luas dari konflik ini, yang tidak hanya melibatkan Israel dan Iran, tetapi juga Hizbullah, Hamas, serta potensi ketegangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain di Timur Tengah.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hizbullah Luncurkan Rudal Ke Israel, Incar Pabrik Bahan Peledak
Next Article Iran Tangkap 12 Orang Terkait Israel, Rencanakan Aksi Teror