Jakarta, CNBC Indonesia - PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) turut berpartisipasi dalam Asian Legal Business (ALB) Indonesia in-House Summit 2024. Kegiatan ini merupakan ajang bagi perusahaan besar di Indonesia untuk membahas berbagai tantangan dan peluang bisnis, termasuk isu-isu strategis yang berkembang dalam dunia industri.
Salah satu topik yang menjadi sorotan utama adalah penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG). PT GNI pun berbagi pandangan dan strategi terhadap penerapan ESG dalam operasional perusahaan.
Summit yang mempertemukan para pelaku usaha, yang diwakilkan antara lain oleh para general counsel, pengacara perusahaan, para pimpinan regional, dan praktisi korporasi ini menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai lini usaha.
Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo menekankan pentingnya ESG sebagai landasan untuk menciptakan pertumbuhan bisnis berkelanjutan. Dalam setiap proses bisnisnya, PT GNI menjalankan dan mengevaluasi berbagai program yang berfokus pada keberlanjutan.
Berbagai inisiatif ini telah mengacu dengan standar GRI, yang relevan dengan industri dan situasi perusahaan saat ini.
"ESG bukan hanya tentang energi hijau atau lingkungan. ESG mencakup aspek sosial dan tata kelola yang harus diperhatikan. Dalam situasi ini, GNI memperhatikan semua aspek tata kelola sebagai strategi perusahaan secara keseluruhan, memastikan dampak lingkungan minimum, memaksimalkan kontribusi sosial, dan meningkatkan praktik internalnya," ungkap Mellysa dikutip Jumat (25/10/2024).
Dia juga mengakui bahwa penerapan ESG dalam industri smelter menghadapi berbagai tantangan, salah satunya peralihan teknologi yang tidak sederhana. Namun, ia menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen untuk fokus dan memastikan operasional yang dilakukan tidak merusak lingkungan.
Menurut dia, PT GNI juga berkontribusi pada beberapa tindakan nyata lainnya seperti membangun lanskap hijau hingga menjaga standar kualitas udara.
"Kita berkomitmen untuk bekerja sama dalam mencapai industri yang lebih hijau dan berlandaskan tata kelola yang baik. Transisi industri hijau tidak serta merta mengenai perubahan teknologi. Kita dukung dengan kontribusi pada aspek lain, misalnya lanskap hijau, menjaga ambang batas emisi, dan lain sebagainya," tegas Mellysa.
Dia menegaskan sebagai perusahaan smelter di Indonesia, PT GNI turut mendukung dan berkontribusi dalam kebijakan serta kemajuan sosial ekonomi berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Berbagai inisiatif telah dilakukan guna memperkuat penerapan ESG seperti menjaga ekosistem lingkungan dan pengurangan karbon emisi melalui kerja sama dengan Milenial Indonesia Menanam dengan menargetkan pembibitan 1000 pohon di area smelter. Selain itu, pengolahan limbah industri yang dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam bidang Corporate Social Responsibility (CSR), PT GNI akan memperluas program dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Hal ini termasuk program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas masyarakat sekitar lingkar industri.
"Ke depan, kami akan terus berinovasi dan mencari cara terbaik untuk mencapai keseimbangan antara profitabilitas dan tanggung jawab sosial. ESG bukan lagi pilihan, tetapi keharusan bagi setiap perusahaan yang ingin berkontribusi dalam menciptakan masa depan lebih baik," tutup Mellysa.
Turut berpartisipasi dalam panel diskusi bersama GNI, yakni PT Medco Energi Mining Internasional, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma), dan Ecolab Indonesia serta dimoderatori oleh Josef Sunario, dari PT Datang DSSP Power Indonesia.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hilirisasi Nikel dan Dampaknya ke Ekonomi Sulteng
Next Article Begini Peran Perusahaan Smelter Bagi Pemberdayaan UMKM Sekitar