Harga Minyak Mentah Anjlok 1% Lebih Jelang Rilis Data Ekonomi China

2 months ago 30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak turun setelah data inflasi China yang mengecewakan dan kurangnya kejelasan mengenai rencana stimulus ekonomi memicu kekhawatiran permintaan.

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Senin (14/10/2024) harga minyak mentah Brent tercatat US$77,85 per barel, anjlok 1,51% dari posisi sebelumnya. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 1,44% ke US$74,46 per barel.

Berita negatif dari China lebih kuat daripada kekhawatiran pasar terkait kemungkinan balasan Israel terhadap serangan misil Iran pada 1 Oktober, yang berpotensi mengganggu produksi minyak. Namun, Amerika Serikat telah memperingatkan Israel agar tidak menargetkan infrastruktur energi Iran.

Tekanan deflasi China semakin memburuk pada bulan September, menurut data resmi yang dirilis pada hari Sabtu, dan konferensi pers pada hari yang sama membuat investor bertanya-tanya tentang ukuran keseluruhan paket stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian yang tersendat.

Indeks harga konsumen naik 0,4%, tetapi meleset dari ekspektasi, sementara indeks harga produsen turun 2,8% year-on-year, penurunan tercepat dalam enam bulan, menurut Biro Statistik Nasional.

"Briefing pada hari Sabtu oleh Kementerian Keuangan China ternyata mengecewakan. Langkah-langkah fiskal yang diperlukan untuk menghilangkan risiko penurunan terhadap pertumbuhan dan membangkitkan semangat konsumen China sangat kurang," kata analis pasar IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan.

Beijing mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka akan meningkatkan penerbitan utang tetapi gagal memberikan angka yang pasti.

Kedua patokan harga minyak ini telah naik 1% pada akhir pekan Jumat, karena investor mempertimbangkan kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah dan dampak Badai Milton terhadap permintaan bahan bakar di Florida.

AS pada hari Jumat memperluas sanksi terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangannya terhadap Israel pada 1 Oktober, menargetkan "armada hantu" yang mengangkut pasokan minyak ilegal ke seluruh dunia.

Di pasar AS, perusahaan energi menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam empat minggu terakhir, menurut laporan dari perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, naik satu menjadi 586 pada pekan yang berakhir 11 Oktober.

Dampak Badai Milton meningkatkan permintaan jangka pendek di AS karena evakuasi mendukung konsumsi bensin, tetapi permintaan yang lemah masih mendominasi prospek fundamental.

Perusahaan minyak besar BP melaporkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar $600 juta pada hari Jumat karena margin penyulingan yang lemah di tengah penurunan penggunaan minyak global.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(ras/ras)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Proyek Jokowi Dituding Kerja Paksa, Anak Buah Luhut Buka Suara1

Next Article Stok AS Berlimpah, Harga Minyak Dunia Anjlok 5 Hari Beruntun

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|