Baku, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca demi mencapai netral karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 mendatang atau lebih cepat. Sambil, tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% ke atas per tahunnya.
Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo menyampaikan visi Presiden Prabowo tersebut dalam ajang Konferensi Perubahan Iklim Dunia ke-29 atau Conference of the Parties (COP)29 di Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024).
Hashim menyebut, Presiden Prabowo memiliki visi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8% per tahun dan memastikan pembangunan merata dan akan mengembangkan ketahanan energi berbasis energi hijau atau energi baru terbarukan.
Lantas, seperti apa posisi Indonesia dan bagaimana upaya untuk menangkal perubahan iklim global, sambil tetap bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8% per tahun?
Berikut pernyataan resmi Pemerintahan Indonesia yang disampaikan Hashim di ajang COP29 di Baku, Azerbaijan:
"Saya di sini mewakili Presiden Prabowo Subianto yang sayangnya tidak dapat menghadiri acara ini karena acara penting lainnya yang sudah dijanjikan sebelumnya. Dia berjanji untuk meningkatkan aksi nyata Indonesia atas perubahan iklim dan melanjutkan kebijakan-kebijakan sebelumnya yang sudah dibuat oleh pemerintahan sebelumnya.
Presiden Prabowo memiliki visi pertumbuhan ekonomi 8% ke atas per tahun dan memastikan ketahanan energi hijau dan pembangunan yang inklusif untuk semua warga Indonesia.
Visi ini menentukan misi kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat dan menghindari 1 miliar ton emisi CO2. Kami bergeser dari pemakaian bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan, di mana 75% dari tambahan pembangkit listrik baru berasal dari energi terbarukan. 70.000 km jaringan transmisi akan dibangun untuk mengirimkan energi dari seluruh daerah Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Indonesia juga akan mengembangkan jaringan "pintar" (smart grid), menambahkan 42 Giga Watt (GW) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan, dengan total 75 Giga Watt.
Energi bersih terjangkau akan disediakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memastikan keamanan pangan, dan mengurangi kemiskinan untuk kesejahteraan warga sambil menyeimbangkan pertumbuhan, lingkungan, dan keberlanjutan.
Kami akan melakukan reforestasi lebih dari 12 juta hektar dari hutan-hutan yang rusak parah selama ini, merevitalisasi lahan-lahan untuk meningkatkan produksi pangan, meniga laut demi ekonomi biru yang lebih baik, dan memberdayakan komunitas lokal untuk ketahanan iklim dan pekerjaan ramah lingkungan yang berkualitas.
Usaha kita ini membutuhkan tiga pendukung, yakni kerangka kebijakan pertumbuhan ekonomi hijau yang komprehensif yang sedang kami finalisasi, investasi masif US$ 235 miliar, dan kolaborasi internasional.
Kita harus memobilisasi sumber daya global, dalam hal teknologi, keuangan, dan investasi, membentuk sebuah persatuan untuk menangkal pemanasan global dan merebut kembali hak umat manusia untuk bisa bertahan hidup.
Indonesia memang dianugerahi akuifer yang luas, yang bisa menawarkan hampir 500 Giga Ton kapasitas penyimpanan dan penangkapan karbon (Carbon Capture and Storage).
Sejumlah perusahaan multi nasional telah menyatakan minatnya pada proyek-proyek multi-miliar dolar.
Kami berkomitmen untuk mengembangkan pasar karbon yang kuat, dimulai dengan mengoptimalkan 557 juta ton karbon kredit terverifikasi.
Kita harus bekerja bersama-sama untuk menyediakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Terima kasih."
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Trump Menang, AS Tegaskan Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
Next Article Hashim: Prabowo Bagikan Makan Gratis 2 Kali Sehari, Pagi & Siang