Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung volatil pada awal perdagangan sesi I Kamis (21/11/2024), di tengah sikap investor yang masih mencerna keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya kemarin.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka turun tipis 0,05% ke posisi 7.176,79. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, IHSG cenderung berbalik naik tipis 0,03% ke 7.182,68.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 631 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 64.936 kali.
Pergerakan IHSG pada hari ini cenderung masih akan diwarnai oleh sentimen kembali ditahannya suku bunga acuan BI dan rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal III-2024.
Sebelumnya kemarin, BI memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya atau BI Rate di level 6%.
Untuk diketahui, BI Rate pada Oktober 2024 juga berada di level 6%. BI Rate pada level 6% ini telah terjadi sebanyak tiga kali, yakni September, Oktober, dan November 2024. Sedangkan pada periode Agustus 2024, BI Rate masih berada di angka 6,25%.
Rupiah yang tengah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi fokus dalam pembahasan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 November 2024.
Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI melakukan penguatan strategi operasi moneter. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pihaknya akan promarket untuk menarik aliran modal asing.
"Penguatan strategi operasi moneter promarket untuk tarik berlanjutnya aliran portofolio asing untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan mengoptimalkan SRBI SVBI dan SUVBI," terang Perry dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024).
"Kita memperkuat strategi transaksi term repo dan swap valas yang kompetitif dan memperkuat peran primary dealer untuk memperkuat transaksi SBN dan Repo di pasar sekunder serta antar pelaku pasar," jelasnya.
Sebelumnya, konsensus CNBC Indonesia, yang melibatkan 17 lembaga atau institusi, menunjukkan mayoritas memprediksi bahwa BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75%. Namun, delapan lembaga lainnya memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga pada level 6%.
Perry Warjiyo juga menyampaikan optimisme terhadap perekonomian nasional, yang diperkirakan tetap tumbuh signifikan hingga akhir tahun.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan realisasi kuartal III-2024 yang mencapai 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Di sisi lain, investasi diproyeksikan terus meningkat, didukung oleh belanja modal perusahaan serta peningkatan volume produksi dan pemesanan.
"Secara keseluruhan tahun, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2024 berada pada kisaran 4,7-5,5%," tutup Perry.
Sementara itu pada hari ini, data NPI periode kuartal III-2024 akan dirilis. Sebelumnya pada kuartal II-2024, tercatat defisit transaksi berjalan Indonesia melebar menjadi US$ 3,02 miliar, dibandingkan dengan US$ 2,50 miliar pada kuartal sebelumnya, mencatatkan defisit untuk kuartal kelima berturut-turut dan setara dengan 0,9% dari PDB negara.
Pembacaan terbaru ini menandai defisit transaksi berjalan terbesar sejak kuartal pertama 2020, seiring dengan lonjakan defisit akun jasa yang mencapai US$ 5,15 miliar, tertinggi dalam enam kuartal, dibandingkan dengan US$ 4,60 miliar pada tahun sebelumnya, akibat meningkatnya defisit layanan perjalanan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IPO Jumbo-Musim Dividen, Pendongkrak Transaksi BEI Akhir Tahun
Next Article Breaking: BREN Balik ke Papan Utama, IHSG Ngegas 1,08%