Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan embargo pada lembaga bantuan Washington, USAID, telah memicu dampak bagi sejumlah negara dunia yang bergantung dari donornya. Salah satunya adalah Pakistan, yang menggunakan dana dari lembaga itu untuk menangkal perubahan iklim.
Mengutip AFP, Jumat (21/2/2025), pada tahun 2012, USAID berkomitmen memberikan hibah sebesar US$ 66 juta (Rp 1 triliun) untuk meningkatkan layanan kota Sind. Ini termasuk renovasi utama pabrik pemompaan dan pemurnian air dari kanal sejauh 22 kilometer (14 mil).
Namun, lembaga nirlaba Pakistan yang bekerja sama dengan USAID, HANDS, mengatakan embargo bantuan Trump telah memblokir US$ 1,5 juta (Rp 24 miliar) yang dialokasikan untuk membuat skema tersebut layak dalam jangka panjang. Ini kemudian membahayakan proyek tersebut 'dalam beberapa bulan' ke depan.
Proyek tersebut sebenarnya ditargetkan menyalurkan 1,5 juta galon (5,7 juta liter) setiap hari dan melayani sekitar 350.000 orang di Jacobabad, kota tempat kemiskinan yang parah merupakan hal yang biasa. Penghentian bantuan ini pun telah menimbulkan keresahan di antara warga kota itu.
"Ini telah mengubah hidup kami. Jika pasokan air terputus, akan sangat sulit bagi kami. Bertahan hidup akan menjadi tantangan, karena air adalah hal terpenting bagi kehidupan," tandas warga wilayah Jacobabad bernama Tufail Ahmed.
Tak hanya Tufail, aktivis sosial lokal berusia 47 tahun bernama Abdul Ghani memohon agar pekerjaan lembaga tersebut dilanjutkan. Pasalnya, jika pasokan dihentikan, masyarakat akan sangat terpengaruh.
"Kemiskinan tersebar luas di sini dan kami tidak mampu mencari alternatif," kata Ghani
HANDS mengatakan bahwa mereka menemukan pembekuan bantuan asing selama 90 hari oleh Trump melalui laporan media tanpa peringatan sebelumnya. Hal ini pun membuat operasional lembaga itu terganggu.
Layanan tersebut kemungkinan akan berhenti berfungsi dalam beberapa bulan ke depan. CEO HANDS Shaikh Tanveer Ahmed menyebutkan proyek tersebut akan menjadi kegagalan total kecuali jika ada penyandang dana lain yang turun tangan.
"Karena semuanya ditangguhkan, kami harus menarik staf kami dan kami harus menarik semua layanan untuk proyek air ini. Empat puluh tujuh staf, termasuk para ahli yang mengelola pemurnian air dan melayani infrastruktur, telah dipulangkan," kata Ahmed, kepada AFP.
Komunitas bantuan internasional telah mengalami kemelut atas kampanye Trump untuk merampingkan atau membubarkan sebagian besar pemerintahan AS. kampanye ini dipimpin oleh donor utamanya dan orang terkaya di dunia, Elon Musk.
Pemotongan dan perampingan paling terkonsentrasi pada badan bantuan Washington, USAID, yang anggarannya sebesar US$ 42,8 miliar (Rp 698 triliun). Anggaran ini mewakili 42% dari bantuan kemanusiaan yang disalurkan di seluruh dunia.
Trump mengklaim USAID "dijalankan oleh orang gila radikal". Musk juga menggambarkannya sebagai "organisasi kriminal" yang perlu "dihancurkan".
Sementara itu, Pakistan, rumah bagi lebih dari 240 juta orang, menempati peringkat sebagai negara yang paling terdampak oleh perubahan iklim, menurut Indeks Risiko Iklim nirlaba Germanwatch yang dirilis tahun ini dan menganalisis data dari tahun 2022.
Namun Pakistan, di sisi lain, menghasilkan kurang dari satu persen emisi gas rumah kaca global. Islamabad telah secara konsisten menyerukan negara-negara yang mengeluarkan lebih banyak emisi untuk memberikan kontribusi guna membantu penduduknya yang menderita di garis depan perubahan iklim.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Sebut USAID Dijalankan 'Orang Gila' Radikal
Next Article Video: Ledakan Bom Guncang Pakistan, Diplomat Indonesia Selamat