Baku, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) baru saja menandatangani empat perjanjian kerja sama dengan mitra global di sela-sela acara Konferensi Perubahan Iklim Dunia ke-29 atau Conference of the Parties (COP)29 di Baku, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).
Dari empat kerja sama itu, dua di antaranya merupakan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU), satu perjanjian hibah, dan satu perjanjian kerangka kerja bersama.
PLN berhasil menggandeng United Kingdom Export Finance (UKEF), Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) Jerman, Sembcorp Utilities Pte Ltd, dan Trans Gas Indonesia, untuk kerja sama terkait pendanaan hingga studi pengembangan energi terbarukan, khususnya hidrogen hijau atau green hydrogen.
Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dan turut disaksikan oleh Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo dan Komisaris Utama PLN Burhanuddin Abdullah.
Saat memberikan pidato sambutannya, Hashim menyampaikan apresiasinya pada mitra-mitra internasional PLN tersebut yang akan bekerja sama untuk menangkal perubahan iklim global.
Pada kesempatan ini, Hashim pun menegaskan kembali arahan dari Presiden Prabowo Subianto bahwa Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% per tahun, namun dengan tetap mengedepankan ekonomi berkelanjutan.
Pada 15 tahun mendatang, pemerintah menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 100 Giga Watt (GW), di mana 75%-nya berasal dari energi terbarukan, seperti panas bumi, air, surya, angin, dan biomassa. Bahkan, pemerintah juga akan mengembangkan sumber energi terbarukan lainnya seperti rumput laut, alga, dan seagrass atau lamun.
"Ini akan menjadi pengurang emisi karbon dan kita punya banyak sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik," ucap Hashim saat menyaksikan penandatanganan Mou PLN dan mitra internasional di sela ajang COP29 di Baku, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo pun menyebut pihaknya terinsipirasi dengan pernyataan Hashim atas posisi resmi Pemerintah Indonesia atas perubahan iklim. Kini pihaknya pun berupaya menerjemahkannya ke dalam aksi nyata. Kerja sama dengan mitra internasional menjadi salah satu kuncinya.
Oleh karena itu, pihaknya pun menyampaikan rasa terima kasihnya pada para mitra atas kerja sama ini.
"Kita harus mengakui bahwa kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Dengan kolaborasi dengan Sembcorp, KfW, UKEF, dan juga Transportasi Gas Indonesia, kita bisa bersama-sama menangkal perubahan iklim," ucapnya.
"Pak Hashim telah menyebutkan dari kini hingga 2040, akan ada tambahan 100 GW pembangkit listrik baru, di mana 75 GW berasal dari energi terbarukan, ini jumlah yang sangat besar. Tentunya ini akan mendorong kolaborasi, menandakan Indonesia akan menjadi bagian dari pendanaan global untuk bersama-sama memerangi perubahan iklim," tuturnya.
"Ini hanya permulaan, kita juga pergi ke Jepang, China, Korea Selatan, Eropa, dan lainnya. Kita eksplor dengan berbagai cara untuk kolaborasi. Jika ini tidak dilakukan, tidak mungkin kita bisa memerangi perubahan iklim," tandasnya.
Menurutnya, keberlanjutan energi ini penting tidak hanya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% per tahun, tapi juga bisa membawa kesejahteraan untuk rakyat Indonesia.
"Ini tidak hanya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%, tapi juga membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia," tandasnya.
Lantas, apa saja isi keempat perjanjian tersebut? Simak di halaman berikutnya.
Pages