Prabowo Ingin Swasembada Energi, Begini Kondisi Produksi Minyak RI

3 weeks ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Prabowo Subianto memiliki visi menjadikan Indonesia mandiri energi dengan swasembada energi. Salah satu yang digencarkan adalah program campuran bahan bakar dengan kelapa sawit atau biodiesel.

Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pertamanya di Gedung MPR/DPR RI sempat menyinggung kebutuhan energi di dalam negeri. Ke depan, pemerintahannya akan fokus pada swasembada energi.

Prabowo menegaskan, dalam keadaan ketegangan geopolitik saat ini, yang memungkinkan ada perang di mana-mana. Indonesia harus siap dengan kemungkinan yang paling buruk, di mana negara lain harus mengamankan kepentingannya sendiri.

"Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi, dan kita mampu untuk swasembada energi," ungkap Prabowo dalam Pidato Perdana usai diambil sumpah jabatan sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, dikutip Senin (21/10/2024).

Menurut Prabowo, Indonesia diberi karunia oleh Tuhan mengenai sumber daya alam. Misalnya, tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sumber energi, seperti tanaman kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin.

Tak hanya itu, tanaman seperti singkong, tebu, sagu, jagung yang bisa diolah untuk menjadi sumber energi. "Pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi," ungkap Prabowo.

Kondisi Produksi Minyak RI

Memang, saat ini Indonesia terhitung masih kecanduan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Bukan hal yang baru, hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri lantaran produksi minyak di Indonesia terus menurun.

Berdasarkan laman resmi Kementerian ESDM, produksi minyak dalam negeri saat ini terus mengalami penurunan, yang mana per 19 Oktober 2024 tercatat produksi minyak sebesar 578.842 barel per hari (bph), jauh dari target tahun 2024 ini sebesar 635 ribu bph.

Berdasarkan data BP Statistical Review, produksi minyak RI pada 1968 tercatat mencapai 599.000 bph, sebelum mengalami kenaikan terus-menerus yang mencapai masa puncak produksi pada 1977 sebesar 1.685.000 bph, lalu puncak produksi ke-2 sebesar 1.669.000 bph pada 1991, hingga kemudian terus mengalami penurunan secara bertahap.

Adapun sebelum 1968, produksi minyak RI masih berada di level 400 ribuan barel per hari. Berikut datanya:

1965: 486.000 bph

1966: 474.000 bph
1967: 510.000 bph
1968: 599.000 bph
1969: 642.000 bph
1970: 854.000 bph


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

10 Tahun Kurang "Perhatian" Jokowi, Produksi Minyak RI Terus Turun

Next Article Alamak, Produksi Minyak RI Makin Gak Ketolong, 2025 Makin Anjlok!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|