Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan performa positif pada penutupan perdagangan hari ini, di tengah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Data Refinitiv menunjukkan, mata uang Garuda berhasil menguat 0,1% sepanjang hari dan ditutup pada level Rp15.490/US$ pada Kamis (17/10/2024).
Menariknya, penguatan rupiah ini terjadi bersamaan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) sebesar 0,04% ke level 103,628.
Lebih lanjut, ECB diperkirakan akan mengambil langkah penurunan suku bunga pada hari Kamis (17/10/2024) petang nanti, didorong oleh tren penurunan inflasi di zona euro dan kondisi ekonomi yang stagnan.
Langkah ini akan menjadi penurunan suku bunga berturut-turut pertama dalam 13 tahun terakhir, menandai pergeseran fokus ECB dari pengendalian inflasi ke upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Indikator ekonomi terkini, termasuk aktivitas bisnis, survei sentimen, dan angka inflasi September yang lebih rendah dari perkiraan, tampaknya telah memperkuat argumen untuk penurunan suku bunga di kalangan pembuat kebijakan ECB.
Beberapa pejabat tinggi ECB, termasuk Presiden Christine Lagarde, telah memberikan sinyal kuat mengenai kemungkinan penurunan suku bunga bulan ini.
Jika terjadi penurunan seperempat poin seperti yang diantisipasi, suku bunga deposito ECB akan turun menjadi 3,25%.
Pasar keuangan bahkan memproyeksikan tiga penurunan suku bunga tambahan hingga Maret 2025.
Sementara itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data AS terkait angka klaim pengangguran baik initial maupun continuing.
Angka ini nantinya akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) untuk memutuskan suku bunga The Fed ke depan dengan sudut pandang data ketenagakerjaan.
Semakin banyak orang yang melakukan klaim pengangguran, maka probabilitas The Fed untuk membabat suku bunganya akan semakin besar.
Sebagai informasi, dalam dokumen Summary Economic Projections (SEP), masih ada peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya dengan total 50 bps hingga Desember 2024 nanti.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mau Dolar AS ke Bawah Rp15.000 di Akhir Tahun? Ini Syaratnya
Next Article Pasar Tunggu Pengumuman Suku Bunga BI, Bagaimana Nasib Rupiah?