Tetangga Ukraina Gelar Referendum, Bakal Resmi Jadi 'Musuh' Rusia

3 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Moldova berada dalam jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE). Hal ini terjadi setelah negara itu menggelar referendum dan pemilihan umum sekaligus, Minggu (20/10/2024).

Mengutip Reuters, sejauh ini mayoritas tipis 50,17% memberikan suara "ya" dalam penggabungan ke UE. Meski begitu, hasil ini belum merupakan sesuatu yang pasti karena masih ada 1,5% suara yang belum dihitung.

Analis politik Valeriu Pasha mengatakan suara "ya" telah unggul hanya karena jumlah pemilih yang luar biasa tinggi di antara diaspora Moldova yang tinggal di luar negeri, yang sebagian besar mendukung integrasi UE.

"Dengan pemilu seperti ini, di mana puluhan (poin persentase) bisa dibeli, akan sangat sulit bagi kita untuk maju. Namun, kita harus belajar dan belajar untuk melawan fenomena ini," katanya.

Meski begitu, hal serupa tidak terjadi dalam pemilu bagi Presiden Maia Sandu. Sandu, yang mendorong integrasi Moldova ke UE, hanya mendapatkan 42% sementara pesaingnya, mantan jaksa agung Alexandr Stoianoglo memenangkan 26%. Hal ini memaksa pemilu untuk berlanjut ke putaran ke dua 3 November mendatang.

Sandu mengatakan bahwa pemungutan suara ganda hari Minggu telah dirusak oleh campur tangan luar. Ia mengatakan ada 'bukti yang jelas' bahwa kelompok kriminal yang bekerja sama dengan 'kekuatan asing yang memusuhi kepentingan nasional' telah berusaha untuk membeli 300.000 suara.

Sandu bahkan secara jelas mengalamatkan tuduhannya dengan menyebut Moskow berpartisipasi untuk mengganggu pemilu dengan melibatkan taipan yang saat ini buran, Ilan Shor

"Kelompok kriminal... telah menyerang negara kita dengan puluhan juta euro, kebohongan dan propaganda, menggunakan cara yang paling memalukan untuk membuat warga negara dan negara kita terperangkap dalam ketidakpastian dan ketidakstabilan," ungkapnya.

Di sisi lain, Stoianoglo telah mengatakan bahwa, jika ia berkuasa, ia akan mengembangkan kebijakan luar negeri yang "seimbang" yang melibatkan hubungan dengan UE, Rusia, Amerika Serikat, dan China.

"Saya juga memboikot referendum hari Minggu, itu merupakan tipu muslihat untuk meningkatkan perolehan suara Sandu dalam pemilihan umum," tegasnya.

Moldova memulai proses panjang perundingan aksesi formal ke UE pada bulan Juni. Di bawah Sandu, Chisinau telah menargetkan untuk bergabung ke UE pada tahun 2030.

Hubungan Chisinau dengan Moskow telah memburuk karena Sandu mengutuk serangan Kremlin ke Ukraina dan mendiversifikasi pasokan energi dari Rusia. Rusia, bahkan menuduh pemerintah Sandu melakukan "Russophobia".

Sementara itu, Ilan Shor secara terbuka menawarkan di media sosial untuk membayar warga Moldova guna meyakinkan orang lain untuk memilih dengan cara tertentu dan mengatakan bahwa itu adalah penggunaan uang yang sah yang diperolehnya.

"Hari ini saya mengucapkan selamat kepada Anda, Anda kalah dalam pertempuran," tuturnya menyapa Sandu.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasukan Putin Menggila, Kota Kunci Ukraina Hampir Tumbang

Next Article Presiden Prancis Macron Sebut Uni Eropa dalam Bahaya dan Bisa 'Mati'

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|