Jakarta, CNBC Indonesia - Hal ini terkait keikutsertaannya mewakili Indonesia di KTT Luar Biasa Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, Senin waktu setempat.
Dalam forum tersebut, nampak Anis Matta menggunakan Bahasa Arab dalam menyapa Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS). Ia juga kemudian kembali menggunakan Bahasa Arab untuk menyampaikan pandangan Indonesia.
"Atas nama Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan atas nama delegasi Indonesia, saya mengucapkan terima kasih kepada Pangeran Mohammed Bin Salman atas undangan untuk hadir dalam KTT yang penuh berkah ini," ujarnya dalam sebuah video yang diunggah KBRI Riyadh dalam akun instagram resmi @Indonesianinriyadh, dikutip Selasa (12/11/2024).
Anis Matta kemudian melanjutkan dengan memberikan gambaran tentang penderitaan yang dialami rakyat Gaza, Palestina, akibat serangan Israel ke wilayah itu. Ia bahkan menyebut bahwa apa yang diderita warga Gaza sebagai genosida.
"KTT yang luar biasa ini, sebagaimana yang kami pahami, merupakan respons terhadap tantangan eksistensial melalui koordinasi upaya kolektif dua organisasi, Liga Arab dan OKI, untuk menyelamatkan Palestina dengan kekuatan dan sumber daya yang kita miliki," tuturnya.
Selanjutnya, Anis Matta menegaskan bahwa kepemimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya tidak memahami bahasa perdamaian. Menurutnya, Tel Aviv hanya mengetahui bahasa penindasan, kekejaman, dan kekuatan sehingga keputusan Mahkamah Internasional pun yang meminta serangan dihentikan tidak dihormati oleh negara itu.
"Oleh karena itu, kami berharap bahwa KTT ini menghasilkan poin-poin yang nyata yang mengandung semangat respons korektif terhadap hukuman kolektif," ungkapnya.
Pertemuan Liga Arab dan OKI ini sendiri dihadiri beberapa pemimpin Arab dan Muslim. Seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Aref, serta Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.
Dalam pernyataan penutup, para pemimpin itu menegaskan bahwa mereka mengutuk dengan keras tindakan tentara Israel dalam konteks kejahatan genosida, khususnya di Jalur Gaza Utara selama beberapa minggu terakhir. Mereka bahkan menyebutkan hal itu sebagai penyiksaan, eksekusi, penghilangan paksa, dan pembersihan etnis.
Pernyataan tersebut juga mengutuk upaya untuk memperkuat cengkraman Israel atas Yerusalem Timur yang diduduki Israel dengan menyebutnya sebagai 'ibu kota abadi' wilayah Palestina. Mereka menyerukan penyatuan Tepi Barat yang diduduki Israel, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur di bawah negara Palestina.
"Kami menegaskan kembali kedaulatan penuh Negara Palestina atas (Yerusalem) Timur yang diduduki, ibu kota abadi Palestina, dan menolak keputusan atau tindakan Israel apa pun yang bertujuan untuk melakukan Yahudisasi dan mengkonsolidasikan pendudukan kolonialnya atas kota tersebut," kata pernyataan penutup pertemuan puncak tersebut.
Milisi Palestina Hamas, yang saat ini berperang dengan Israel, menyikapi hal ini. Mereka menyebutkan bahwa harus ada pemenuhan yang konkret terhadap janji-janji tersebut dari negara Arab dan Muslim.
"Pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya akan membutuhkan upaya yang lebih cepat dan solusi praktis untuk memaksa (Israel) menghentikan agresi dan genosida terhadap rakyat kami," kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri baru Israel, Gideon Saar, menolak prospek tersebut. Ia menyebutnya sebagai sesuatu yang 'tidak realistis'.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Anis Matta Dipanggil Prabowo, Jadi Wakil Menteri Luar Negeri
Next Article Video: Liga Arab Gelar Pertemuan Darurat Untuk Bahas Gaza