Jakarta, CNBC Indonesia - Warga New Delhi terpaksa harus hidup diselimuti oleh asap berbahaya. Polusi di ibu kota India itu saat ini tengah memburuk dan bahkan melonjak melewati batas harian maksimum yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Laporan perusahaan pemantau IQAir mengatakan tingkat polutan "berbahaya" di beberapa bagian wilayah New Delhi yang berpenduduk lebih dari 30 juta orang mencapai 806 mikrogram per meter kubik pada Rabu (13/11/2024) dini hari waktu setempat.
Itu lebih dari 53 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan WHO untuk partikel halus, yakni partikel mikro penyebab kanker berbahaya yang dikenal sebagai polutan PM2.5 yang memasuki aliran darah melalui paru-paru.
Menjelang siang, saat udara biasanya dalam kondisi terbaik, kadarnya turun menjadi sekitar 25-35 kali di atas tingkat bahaya. Namun situasi ini tergantung pada wilayah distrik.
"Kota ini diselimuti kabut asap yang menyengat setiap tahun, terutama disebabkan oleh pembakaran tunggul oleh petani di wilayah tetangga untuk membersihkan ladang mereka untuk dibajak, serta pabrik dan asap lalu lintas," demikian laporan AFP pada Rabu.
Pada awal musim dingin, negara-negara di Asia Selatan selalu menderita polusi yang parah. Ini merupakan efek dari udara dingin menjebak emisi, debu, dan asap dari meningkatnya aktivitas kebakaran di wilayah Punjab, India dan Pakistan.
Tidak sedikit petani membakar jerami berlebih setelah panen padi untuk segera membersihkan ladang sebelum menanam tanaman gandum musim dingin.
Namun, sebuah laporan oleh The New York Times bulan ini, berdasarkan sampel udara dan tanah yang dikumpulkannya selama lima tahun, mengungkapkan asap berbahaya juga keluar dari pembangkit listrik yang membakar tumpukan sampah TPA kota.
Asap yang disertai polusi di kota-kota berpenduduk padat ini menyebabkan kualitas udara menurun drastis di wilayah tersebut, sementara pola cuaca membuat udara tertahan di Dataran Indo-Gangga, sehingga menimbulkan kabut asap beracun.
Para ahli menyebut bahwa kadar logam berat yang ditemukan "mengkhawatirkan".
Akibat fenomena ini, muncul awan asap putih pekat yang menyebabkan penundaan beberapa penerbangan di seluruh India utara. Departemen Meteorologi India mengatakan bahwa setidaknya 18 bandara regional memiliki jarak pandang lebih rendah dari 1.000 meter.
Negara Tetangga
Fenomena ini juga terjadi di beberapa negara tetangga India, seperti Pakistan dan negara-negara lain di Asia Selatan. Asap berbahaya ini sangat tebal, sehingga dapat terlihat dari luar angkasa.
Citra satelit dari NASA Worldview menunjukkan sebagian besar Pakistan utara dan timur serta sebagian India barat tertutup oleh awan kelabu.
Laporan Reuters menyebut asap ini telah menyebabkan kualitas udara memburuk hingga ke tingkat yang beracun di kota-kota besar seperti Lahore, Multan, Delhi, dan Chandigarh, yang memaksa pihak berwenang untuk menutup sekolah, taman, dan tempat umum dalam upaya untuk membatasi paparan dan mengekang polusi lebih lanjut.
Sementara itu, laporan Sky News mengatakan lebih dari 40.000 orang telah dirawat karena penyakit pernapasan. Rumah sakit di wilayah tersebut telah melaporkan lonjakan tajam pada pasien dengan napas sesak, batuk-batuk, dan mata merah.
Ibu kota India, Delhi, memiliki kualitas udara terburuk pada Selasa dengan indeks kualitas udara lebih dari 1.100, menurut peringkat langsung oleh grup Swiss IQAir, yang melacak kualitas udara global.
Sementara Lahore, ibu kota provinsi Punjab Pakistan dan rumah bagi 14 juta orang, memiliki indeks kualitas udara lebih dari 700 pada Selasa. Sebelumnya pada Senin, kualitas udara Lahore jauh di atas 1.200.
Sementara minggu lalu beberapa wilayah kota mencapai angka yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu 1.900, lebih dari 120 kali lipat dari tingkat yang direkomendasikan.
WHO mengatakan bahwa polusi udara dapat memicu stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan lainnya. Hal ini sangat menyakitkan bagi bayi, anak-anak, dan orang tua.
Sebuah studi di jurnal medis The Lancet mengaitkan 1,67 juta kematian dini dengan polusi udara di negara terpadat di dunia itu pada tahun 2019.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lawan Pengaruh Barat, Putin Kumpulkan Negara BRICS di Rusia
Next Article Terungkap! 'Diam-Diam' Tetangga RI Genjot Persediaan Senjata Nuklir