Jakarta, CNBC Indonesia - Israel telah meningkatkan operasi militernya di Lebanon dan Gaza dalam beberapa pekan terakhir, menewaskan sejumlah pemimpin militan Hizbullah dan Hamas. Menurut pernyataan militer Israel pada Rabu, dalam 48 jam terakhir, sekitar 70 pejuang Hizbullah dan tiga komandan senior tewas di Lebanon selatan.
Pernyataan ini muncul sehari setelah konfirmasi tewasnya Hashem Safieddine, penerus yang diperkirakan akan memimpin Hizbullah setelah Hassan Nasrallah. Israel juga telah memerintahkan evakuasi lebih banyak penduduk dari kota pelabuhan Tyre di Lebanon.
Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang melakukan tur diplomatik di kawasan tersebut untuk mendorong gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, di tengah ketegangan akibat serangan roket dan invasi darat Israel.
Blinken mendesak Israel agar memanfaatkan keberhasilan militernya sebagai pijakan strategis jangka panjang, sembari fokus pada upaya mengembalikan sandera dan mengakhiri perang.
"Sekarang saatnya untuk mengubah keberhasilan militer menjadi keberhasilan strategis yang abadi," kata Blinken dalam konferensi pers sebelum berangkat ke Arab Saudi sebagai bagian dari tur kawasan, dilansir Reuters, Rabu (23/10/2024).
"Fokusnya harus pada memulangkan para sandera, mengakhiri perang, dan memiliki rencana yang jelas untuk langkah selanjutnya."
Israel telah menggempur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel. Dalam proses tersebut, hampir 43.000 warga Palestina tewas di Gaza. Dalam sebulan terakhir, Israel juga meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah di Lebanon, menghancurkan sebagian besar kepemimpinan kelompok tersebut dalam serangan udara yang telah membuat 1,2 juta orang Lebanon mengungsi.
Militer Israel juga berencana untuk membalas serangan rudal Iran yang diluncurkan pada 1 Oktober, sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas dan Hizbullah. Meskipun ada kekhawatiran bahwa serangan balik terhadap Iran dapat memicu eskalasi yang lebih luas, termasuk potensi kenaikan harga minyak global.
Momentum Perdamaian?
Di pihak AS, kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dilihat sebagai peluang untuk mendorong perdamaian. Blinken mengungkapkan bahwa saat ini sedang dipertimbangkan beberapa formula baru untuk membebaskan sandera dan mengakhiri perang.
Namun, pertempuran masih terus berlanjut, dengan Hamas menolak membebaskan sandera tanpa janji bahwa perang akan dihentikan. Israel, di sisi lain, menegaskan tidak akan menghentikan operasi militer hingga Hamas dihancurkan dan Hizbullah tidak lagi menjadi ancaman.
Diplomat mengatakan bahwa Israel berupaya memperkuat posisi militernya sebelum pemilihan presiden AS yang dijadwalkan pada 5 November, yang hasilnya dapat memengaruhi kebijakan AS di kawasan tersebut.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Klaim Hancurkan Markas Intelijen Hizbullah
Next Article Hizbullah Siap Perang Habis-habisan dengan Israel, Netanyahu Terjepit?