Jakarta, CNBC Indonesia - Survei konsumen Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2024 menunjukan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level paling rendah selama 2 tahun terakhir. Para ekonom menyerukan Presiden Prabowo Subianto untuk membatalkan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal menilai pelemahan IKK ini sebagai anomali. Sebab, kata dia, tren pelemahan ini terjadi ketika Indonesia dalam keadaan ekonomi yang relatif normal.
"Dalam kondisi ekonomi yang normal tentu saja penurunan ini perlu diperhatikan adanya perlambatan," kata Faisal kepada CNBC Indonesia, Senin, (11/11/2024).
Melihat kondisi tersebut, Faisal menyarankan pemerintah untuk tidak membuat kebijakan yang kontraproduktif dengan keyakinan konsumen mengenai kondisi perekonomiannya ke depan. Dia mengatakan salah satu kebijakan yang bisa ditempuh adalah membatalkan rencana kenaikan PPN menjadi 12%.
"Kalau kebijakan ke depannya tidak berusaha untuk membalikan keadaan ini, tapi justru memperparah, ini bisa semakin menekan konsumsi rumah tangga," kata Faisal.
Sebelumnya, survei konsumen BI pada Oktober 2024 menunjukan IKK berada pada level 121,1 atau turun 2,4 poin dibandingkan bulan September. Meski masih berada pada keadaan optimis, level ini menjadi yang paling rendah selama 2 tahun terakhir.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Telisa Aulia Falianty menilai melemahnya keyakinan konsumen ini sudah bisa diprediksi dari fenomena deflasi yang pernah terjadi selama 5 bulan beruntun. Dia berpendapat melemahnya keyakinan konsumen dan deflasi merupakan bukti nyata terjadinya pelemahan daya beli di masyarakat.
"Dari sisi riil keyakinan konsumen itu agak decrease," kata dia.
Melihat situasi ini, Telisa meminta pemerintah benar-benar meninjau ulang rencana kenaikan PPN menjadi 12%. Dia meyakini apabila kebijakan itu benar dilaksanakan, maka dampak terhadap daya beli masyarakat akan sangat besar.
"Kebijakan PPN tahun depan perlu ditinjau banget, karena itu sangat berpengaruh ke daya beli masyarakat," ujar dia.
Ekonom senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan turunnya keyakinan konsumen ini menggambarkan keraguan warga terhadap kondisi perekonomian mereka ke depan. Maraknya pemutusan hubungan kerja dan kenaikan biaya hidup, membuat konsumen RI merasa tidak aman.
"Keyakinan konsumen dipengaruhi oleh kepastian pendapatan mereka di masa mendatang. Maraknya PHK dan kenaikan biaya hidup, membuat rakyat merasa insecure," kata dia.
(rsa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Keyakinan Konsumen RI Terburuk Sejak 2022
Next Article Takut! Beban Warga RI Bisa Selangit Kalau Dua Tarif Ini Naik