NATO Akui 'Takut' dengan Nuklir Rusia, Putin Sudah Siaga Perang

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Komite Militer NATO Laksamana Rob Bauer menyatakan bahwa pihaknya kemungkinan akan menempatkan pasukan di Ukraina untuk melawan Rusia jika Moskow tidak memiliki senjata nuklir.

Hal ini memberi indikasi bahwa aliansi tersebut tidak ingin main-main dengan kekuatan militer Moskow.

"Saya sangat yakin, jika Rusia tidak memiliki senjata nuklir, kami akan berada di Ukraina, mengusir mereka," ungkap Bauer di KTT Pertahanan IISS di Praha, Republik Ceko, Minggu (10/11/2024), dilansir Newsweek.

Adapun Rusia disusul Amerika Serikat (AS) saat ini menjadi dua negara dengan cadangan senjata nuklir terbesar di dunia. Moskow dan Washington menguasai sekitar 90% persenjataan nuklir global.

NATO, yang memiliki senjata nuklir di AS, Inggris, dan Prancis, menegaskan dukungan kepada Ukraina tanpa terlibat langsung dalam konflik. Negara-negara NATO, yang sebelumnya terlibat dalam operasi militer di Afghanistan dan Irak, sangat enggan mempertimbangkan penempatan pasukan mereka sendiri di Ukraina.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Februari lalu sempat mempertimbangkan mengirim tentara Barat, namun segera ditepis oleh negara-negara NATO lainnya.

Sekretaris Jenderal NATO saat itu, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa aliansi tidak mempertimbangkan untuk mengirim pasukan ke medan perang Ukraina, dan Presiden AS Joe Biden berulang kali menyatakan bahwa AS tidak akan mengirim tentara ke Ukraina.

"Jika Anda berperang di Afghanistan, itu tidak sama dengan melawan Rusia di Ukraina," ujar Bauer. "Taliban tidak memiliki senjata nuklir. Ada perbedaan besar antara Afghanistan dan Ukraina."

Sementara itu, Ukraina menegaskan tidak meminta pasukan dari para pendukungnya, hanya bantuan militer.

Adapun ketika pasukan Rusia mulai menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan penangkal nuklirnya dalam status siaga tinggi. Beberapa bulan kemudian, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan risiko konflik nuklir telah "signifikan".

Sejumlah tokoh di Rusia, seperti mantan Presiden Dmitry Medvedev, dan para komentator televisi negara sering menyebutkan kemungkinan perang nuklir. Bahkan, beberapa media Rusia menyarankan Moskow melancarkan serangan nuklir terhadap negara-negara pendukung Ukraina, seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Putin pada bulan Maret tahun ini menegaskan bahwa Rusia siap secara militer untuk perang nuklir.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan pada September 2022 bahwa wacana perang nuklir, yang dahulu "tak terpikirkan," kini menjadi "topik perdebatan."

"Ini sendiri sudah sangat tidak dapat diterima," kata Guterres.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Rayakan 3 Tahun Berdiri, Thorcon Dorong Pembangunan PLTN Merah Putih

Next Article Nuklir Rusia Siap Bergerak, Tindakan AS Cs Bisa Tentukan Nasib Dunia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|