Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan bauksit menjadi alumina atau Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase pertama di Mempawah, Kalimantan Barat, diperkirakan mulai memproduksi alumina perdana pada akhir 2024 mendatang.
Proyek senilai US$ 900 juta atau sekitar Rp 13,96 triliun (asumsi kurs Rp 15.517 per US$) ini dioperasikan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), usaha patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung menyebut, pihaknya menargetkan produksi alumina perdana bisa terwujud pada Kuartal IV 2024 ini, sehingga pada Kuartal I 2025 diharapkan smelter sudah beroperasi secara penuh.
"Kalau untuk (SGAR fase 1) PT BAI ini targetnya adalah di akhir kuartal 2024 ini, kuartal keempat 2024 ini kita harapkan kita sudah bisa memproduksi alumina, dan nantinya pada Kuartal 1 (tahun) 2025 kita sudah bisa mencapai full production atau 100% production," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, Kamis (17/10/2024).
Dari investasi sebesar US$ 900 juta tersebut, dia menyebut, investasi untuk sisi rekayasa teknis, pengadaan, dan konstruksi atau EPC (Engineering, Procurement, and Construction) proyek tersebut memiliki nilai investasi sebesar US$ 695 juta atau setara Rp 10,78 triliun. Sedangkan, investasi lainnya juga dikerahkan untuk pembelian bahan baku dan biaya uji coba proyek atau commissioning.
"Untuk biaya EPC nya, Engineering Procurement and Construction, ini sebesar US$ 695 juta. Tetapi dengan biaya-biaya lain-lainnya, termasuk juga untuk biaya commissioning, pembelian bahan baku, kita menghabiskan sekitar US$ 900 juta," paparnya.
Leonard menyebutkan sumber bauksit untuk bahan baku smelter ini akan dipasok oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam)
"Itu (Antam) berkewajiban menyuplai bahan baku untuk kita gunakan sebagai proses pengolahan alumina ini," tambahnya.
Dia menyebut, sebagian dari alumina yang dihasilkan oleh PT BAI ini akan dikirimkan ke PT Inalum untuk kebutuhan produksi menjadi aluminium di perusahaan tersebut.
Dengan begitu, lanjutnya, pihaknya bersama dengan Antam dan Inalum membentuk sebuah ekosistem hilirisasi yang lengkap, mulai dari hulu hingga hilir dalam produksi bauksit menjadi aluminium.
"Jadi memang ini adalah hilirisasi lengkap di mana dari hulu itu dimiliki oleh Antam sebagai pemilik tambang bauksit, kemudian Antam berpatungan dengan Inalum sebagai off taker atau mengambil bahan alumina tersebut untuk diproduksi menjadi aluminium," tandasnya.
Seperti diketahui, peresmian injeksi bauksit perdana SGAR Mempawah Fase 1 ini telah dilakukan pada Selasa (24/09/2024) dan langsung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Smelter fase 1 ini memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun.
Proyek SGAR Fase 1 ini nantinya menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat yang di produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Injeksi mineral bijih bauksit merupakan rangkaian pertama dalam proses produksi alumina dengan target produksi alumina pertama yang direncanakan pada November 2024. Proses commissioning atau uji coba akan dilakukan bertahap dengan kenaikan produksi bertahap atau ramp up production hingga Desember 2024.
Proyek SGAR Fase 1 direncanakan akan memasuki tahapan produksi penuh alumina pada kuartal I-2025, dengan target Commercial Operation Date (COD) atau operasi komersial pada akhir Februari 2025 mendatang.
Setelah Fase 1, proyek SGAR ini akan dilanjutkan ke Fase 2 yang ditargetkan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun, dengan target operasi pada 2028.
Melalui pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik akan meningkat menjadi sebesar 2 juta ton per tahun dengan penyerapan mineral bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun.
Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi aluminiumnya hingga mencapai 900.000 ton per tahun.
Sebagai tambahan, smelter aluminium Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga sebesar 275.000 ton per tahun yang seluruhnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik.
Namun kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun dan sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh produk impor dengan porsi impor sebesar 56% dan pasokan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Proyek Hilirisasi Bauksit-Aluminium Terintegrasi Pertama di RI
Next Article Besok Jokowi Saksikan Injeksi Bauksit Perdana Pabrik Rp 25,6 Triliun