Boeing Makin Kritis: Cari Suntikan Dana Rp389 T-Pegawai 'Lari'

4 weeks ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah persoalan terus menimpa raksasa aviasi Amerika Serikat (AS), Boeing. Terbaru, pada Selasa (15/10/2024), Boeing mengumumkan rencana untuk meminjam uang dari konsorsium bank, menegaskan kembali situasi bahwa perusahaan itu benar-benar memiliki kas yang tipis.

Dilansir CNN International, Rabu (16/10/2024), dalam sebuah pengajuan, Boeing berencana untuk mengumpulkan dana sebesar US$25 miliar (Rp389 triliun). Dana ini terdiri atas yang dipinjam boeing dari konsorsium bank senilai US$10 miliar (Rp155 triliun) dan juga penjualan saham baru.

Utang perusahaan melonjak dalam enam tahun terakhir karena Boeing melaporkan kerugian operasional inti lebih dari US$33 miliar (Rp 514 triliun). Produksi pesawat komersialnya hampir terhenti akibat pemogokan selama sebulan oleh 33.000 anggota Asosiasi Ahli Mesin Internasional (IAM).

Pembicaraan antara Boeing dan IAM terhenti minggu lalu tanpa ada negosiasi baru yang direncanakan. Pada hari Jumat, CEO baru Boeing Kelly Ortberg mengumumkan rencana untuk memangkas 10% dari 171.000 karyawannya di seluruh dunia.

Selain itu, tingkat kredit Boeing telah jatuh ke level investasi terendah, bahkan hampir mendekati status 'junk bond', yang dapat meningkatkan biaya pinjamannya.

Utang jangka panjang Boeing telah naik menjadi US$53 miliar (Rp826 triliun) pada akhir Juni dari US$10,7 miliar (Rp166 triliun) pada akhir Maret 2019, ketika kecelakaan fatal kedua dari 737 MAX menyebabkan pesawat itu dilarang terbang selama 20 bulan.

Rangkaian Nestapa Boeing

Selama enam tahun terakhir, Boeing telah dihantam oleh satu masalah demi masalah, mulai dari yang memalukan hingga yang tragis. Dua kecelakaan 737 MAX yang menewaskan 346 orang menguak bahwa Boeing menipu Administrasi Penerbangan Federal selama proses sertifikasi untuk pesawat tersebut.

Seorang hakim federal sedang mempertimbangkan apakah akan menerima atau tidak perjanjian pembelaannya yang akan mencakup denda hingga US$487 juta (Rp7,6 triliun) dan mengharuskannya beroperasi di bawah pengawasan pemantau yang ditunjuk pengadilan.

Di sisi lain, pengacara keluarga korban kecelakaan berpendapat di pengadilan bahwa hukuman tersebut tidak cukup berat.

Sejumlah whistleblower telah bersaksi di hadapan Kongres bahwa Boeing lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan kualitas. Hal itu terbukti pada bulan Januari ketika sebuah pintu terlepas dari sisi pesawat 737 MAX yang diterbangkan oleh Alaska Airlines, meninggalkan lubang di pesawat tak lama setelah lepas landas.

Meskipun tidak ada awak pesawat atau penumpang yang terluka parah, insiden tersebut mendorong banyak penyelidikan federal, termasuk satu penyelidikan yang menemukan bahwa pesawat telah meninggalkan pabrik Boeing tanpa empat baut yang diperlukan untuk menjaga sumbat pintu tetap di tempatnya.

Mogok kerja oleh IAM hanyalah pukulan terbaru. Bulan lalu, perusahaan dan pimpinan serikat pekerja menyetujui kesepakatan sementara yang akan memberikan kenaikan gaji sebesar 25% kepada anggota serikat pekerja selama empat tahun masa berlaku kontrak.

Para anggota serikat pekerja hampir dengan suara bulat menolak kesepakatan tersebut dan melakukan pemogokan. Tawaran Boeing untuk menaikkan kenaikan gaji menjadi 30% selama masa berlaku kesepakatan juga ditolak oleh negosiator serikat pekerja.

Cahaya di Tengah Kegelapan

Terlepas dari semua masalahnya, Boeing dapat meminjam uang dari konsorsium bank dan kemungkinan akan dapat menjual saham dan obligasi yang dibutuhkannya di Wall Street karena posisi pasar yang unik tempat ia beroperasi. Boeing dan pesaingnya dari Eropa, Airbus, pada dasarnya adalah satu-satunya perusahaan yang membuat jet ukuran penuh yang dibutuhkan industri penerbangan global.

Keduanya memiliki tumpukan pesanan yang berlangsung selama bertahun-tahun ke depan. Dan Airbus tidak memiliki kapasitas untuk menerima pesanan Boeing. Jika sebuah maskapai membatalkan pesanan jet Boeing dan memesannya ke Airbus, mereka harus menunggu hingga lima tahun untuk memulai pengiriman pesawat tersebut.

"Dan butuh waktu bertahun-tahun bagi pesaing lain untuk mendapatkan persetujuan atas pesawat mereka sendiri jika mencoba memasuki pasar. Jadi, meskipun Boeing telah kehilangan pangsa pasar terhadap Airbus dalam beberapa tahun terakhir, mereka tidak akan ke mana-mana," tulis CNN.

Namun, penghentian produksi 737 MAX, serta pesawat kargo 767 dan 777 yang disebabkan oleh pemogokan akan menciptakan lebih banyak masalah arus kas bagi Boeing dalam waktu dekat, karena mereka mendapatkan sebagian besar uang dari penjualan pesawat pada saat pengiriman.

"Selain itu, perusahaan mengumumkan pada hari Jumat bahwa 777X yang telah lama tertunda, generasi berikutnya dari jet penumpang berbadan lebar itu, akan ditunda lebih lanjut karena masalah yang ditemukan selama penerbangan uji. Pengirimannya sekarang baru akan dimulai pada 2026."


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video : Utang Pemerintah Turun Hingga AS Bantu Rp 131 T Untuk Israel

Next Article Boeing Diguncang Masalah Lagi, Karyawan Pabrik Mau Mogok Massal

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|