Jakarta, CNBC Indonesia - Holding BUMN Pertambangan MIND ID, melalui salah satu anggotanya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), tengah fokus mengembangkan teknologi konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet.
Adapun, komponen tersebut akan menjadi bahan baku utama baterai Lithium-ion (Li-ion) dan menjadi bagian penting dalam mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengatakan bahwa saat ini PTBA sudah memiliki prototipe dan sedang mempersiapkan pilot scale production.
"Hari ini kita sudah buatin prototipenya, sekarang kita buatin scale pilot, kita udah join sama CATL untuk material katoda, untuk anodanya kita pakai punyanya BRIN, itu jadi baterai 18650," ungkap Dilo di Jakarta, dikutip Rabu (16/10/2024).
Meski demikian, Dilo mengakui bahwa saat ini masih ada beberapa tantangan kualitas terkait conductivity dan density material anoda yang belum memenuhi standar internasional. Oleh karena itu, pembangunan fasilitas pilot scale ditujukan untuk meningkatkan kualitas tersebut.
"Gue masih belum puas sama hasilnya bos, jadi conductivity-nya, density-nya, masih belum sesuai sama kelas internasional, ini memang harus ditingkatkan lagi makanya kita bangun yang pilot scale-nya ini untuk bisa sekalian kita tingkatkan lagi kualitasnya," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail menjelaskan, berdasarkan kajian tahap awal yang pihaknya lakukan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), potensi pasar untuk anoda baterai lithium pada 2024 mencapai Rp 230 triliun dengan laju CAGR 30,9% hingga 2032.
"Dengan laju pertumbuhan kumulatif, kalau kami hitung selama 10 tahun, kami hitungnya kemarin dari tahun 2023 sampai tahun 2032, itu kurang lebih 30,9%. Itu tadi dari anoda," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Kamis (25/7/2024).
Sementara itu, potensi pasar untuk Artificial Graphite diproyeksikan akan tumbuh dengan laju pertumbuhan kumulatif selama 10 tahun ke depan kurang lebih sebesar 19,9%.
Secara prospek permintaan pasar dari Artificial Graphite di Indonesia sendiri akan mencapai kurang lebih 13.800 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp 2,9 triliun per tahun.
"Nah, sebagian besar kebutuhan artificial graphite untuk pasar Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Melalui proyek ini, kami juga tentunya melakukan pendalaman terhadap aspek riset pasar dan bisnis berkelanjutan yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan kami," kata dia.
Selain berfungsi sebagai komponen baterai lithium yang dapat digunakan pada peralatan elektronik portabel, anoda sheet ini juga dapat dimanfaatkan oleh industri galvanisasi dalam proses pelapisan logam, industri pemurnian sebagai pemurnian logam hingga pada proses produksi aluminium di industri aluminium.
"Termasuk juga dalam produksi hidrogen. Jadi anoda ini, atau graphite tadi tidak hanya digunakan untuk industri baterai, tetapi industri-industri lainnya juga banyak membutuhkan graphite dan anode sheet ini," kata dia.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos Mandiri Utama Finance Bicara Peluang Pembiayaan EV
Next Article Batu Bara RI Disulap Jadi Komponen Baterai EV, Begini Prosesnya