Harga BBM di 2025 Bakal Turun? Begini Prediksinya

3 days ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa harga minyak mentah global rata-rata diprediksi akan berada di sekitar US$ 71-80 per barel pada 2025. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor.

Menurut Bhima, harga ini masih relatif rendah dibanding puncak April 2024 di mana minyak mentah sempat menyentuh di level US$ 87 per barel.

"Penurunan bunga acuan Fed belum cukup menjadi sentimen positif kenaikan harga minyak," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Senin (30/12/2024).

Setidaknya, terdapat beberapa faktor yang membuat harga minyak mentah global berpotensi lebih rendah pada 2025. Pertama, terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS yang akan mendorong eksplorasi dan produksi minyak di AS, sehingga membuat tahun 2025 diliputi oil glut atau pasokan minyak yang berlebih.

"Kedua, permintaan minyak untuk industri di negara seperti China dan India diperkirakan melambat. Apalagi ekonomi China masih sluggish dan diproyeksi tumbuh di 4,5%," kata dia.

Bhima menilai dengan adanya potensi produksi minyak AS yang bertambah, maka hal itu akan berpengaruh pada harga minyak global dan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di dalam negeri.

"Ada potensi lebih rendah harganya," tambahnya.

Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Ishak menilai harga minyak pada tahun depan diperkirakan melemah karena faktor permintaan yang turun. Hal ini didorong oleh dampak dari pertumbuhan ekonomi global yang relatif sama dengan tahun ini khususnya China dan negara negara industri seperti Jerman yang mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.

"Dengan kondisi ini sulit memproyeksikan kenaikan harga akibat lonjakan permintaan minyak tahun depan," katanya.

Selain itu, tingkat adopsi kendaraan listrik di berbagai negara juga terus meningkat sehingga secara fundamental permintaan minyak dari sisi transportasi juga cenderung akan terus tertekan. Adapun, dari sisi supply janji Donald Trump untuk mendorong produksi minyak mentah di AS dengan mempermudah izin produksi membuat pasokan minyak global akan semakin tinggi.

"Meskipun akan ada potensi pemangkasan dari OPEC Plus namun tidak akan signifikan," katanya.

Adapun, pergerakan harga minyak mentah tersebut tentunya bakal berpengaruh pada penentuan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Apalagi salah satu komponen pembentuk harga BBM, yakni nilai tukar (kurs) rupiah terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sebagai badan usaha yang ditugaskan menyalurkan BBM di dalam negeri, Pertamina belum dapat memastikan apakah harga BBM non subsidi akan mengalami penurunan pada 1 Januari 2025 mendatang seiring dengan kondisi yang terjadi saat ini.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan pihaknya hingga kini masih melakukan evaluasi.

"Masih dievaluasi, besok baru bisa kami rilis ya," kata dia.

Perlu diketahui, perubahan harga BBM non subsidi akan ditentukan berdasarkan harga minyak, Mean of Platts Singapore (MOPS), maupun nilai tukar (kurs), rata-rata yang berlaku pada periode tanggal 25 pada dua bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24 pada satu bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan. Adapun perubahan harga BBM non subsidi biasanya ditetapkan setiap tanggal 1 setiap bulannya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Cara Cerdas Pertamina Sulap Minyak Jelantah Jadi BBM Hijau

Next Article Harga BBM 1 Agustus Besok Naik Atau Turun? Ini Kata Bos Pertamina

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|