Jakarta, CNBC Indonesia - Israel telah mengonfirmasi tewasnya Hashem Safieddine, calon kuat pemimpin baru Hizbullah, dalam serangan udara di Beirut Selatan pada awal Oktober.
Pernyataan yang dirilis pada Selasa (22/10/2024) malam, sebagaimana dikutip The Guardian, menyebut bahwa serangan di kawasan Dahiyeh menewaskan Safieddine dan Ali Hussein Hazima, kepala cabang intelijen Hizbullah, 3 minggu lalu.
Ini adalah pertama kalinya Israel mengonfirmasi tewasnya pejabat politik tertinggi di Hizbullah setelah Hassan Nasrallah. Selain itu, menurut laporan Israel, serangan tersebut juga menewaskan 25 pemimpin Hizbullah lainnya.
Safieddine merupakan kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, badan pengambilan keputusan politik tertinggi organisasi tersebut. Ia telah dipilih sebagai penerus Nasrallah beberapa tahun lalu dan dikenal memiliki karisma serupa dengan sepupunya tersebut.
Adapun Nasib Safieddine tidak diketahui setelah serangan udara Israel pada 3 Oktober yang menargetkan bunker bawah tanah tempat ia diduga tinggal.
Hizbullah belum memberikan komentar terkait klaim Israel ini.
Meskipun mengalami kehilangan besar dalam struktur kepemimpinan, Hizbullah bersikeras bahwa mereka masih mempertahankan kekuatan organisasionalnya. Mereka menunjukkan bahwa Israel tidak banyak membuat kemajuan di Lebanon Selatan sebagai bukti dari pernyataan mereka.
Pasukan Hizbullah telah terlibat dalam bentrokan harian dengan pasukan Israel sejak operasi darat Israel diumumkan pada 30 September.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa operasi militer ini bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah di sepanjang perbatasan untuk mencegah serangan lintas-batas ke wilayah Israel. Namun, sejauh mana keberhasilan misi ini masih belum jelas, dengan akses media yang terbatas ke Lebanon Selatan.
Selain serangan terhadap Hizbullah, Israel juga memperluas kampanye udara di Lebanon, termasuk menyerang infrastruktur yang terkait dengan Bank Al-Qard Al-Hassan, yang dituduh membiayai Hezbollah.
Serangan ini juga menyebabkan kerusakan besar pada Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, rumah sakit publik terbesar di Lebanon, serta menewaskan 18 orang dan melukai 60 lainnya.
Hizbullah menanggapi dengan meluncurkan roket ke Kiryat Shmona, wilayah Israel utara, dan menembak jatuh drone Hermes 450 milik Israel pada Selasa sore.
Konflik terbaru antara Hizbullah dan Israel dimulai setelah Hizbullah menembakkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023 sebagai bentuk solidaritas terhadap serangan Hamas sehari sebelumnya. Sejak peluncuran Operasi Panah Utara oleh Israel pada 23 September, pertempuran makin meningkat.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang tiba di Israel pada Selasa, mendesak Israel untuk memanfaatkan tewasnya Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, sebagai kesempatan untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera yang diambil Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023.
Lebih dari 2.500 orang tewas dan lebih dari 11.850 terluka di Lebanon selama setahun terakhir akibat eskalasi konflik ini.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Siapkan Serangan Untuk Pukul Mundur Pasukan Lebanon
Next Article Israel Siapkan Serangan Balik untuk Hizbullah Setelah Insiden di Golan