Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah konflik keluarga melanda anak-anak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew. Konflik ini melibatkan sejumlah kakak beradik dalam turunan Lee yakni Lee Hsien Yang dan juga salah satu putranya yang juga mantan Perdana Menteri (PM), Lee Hsien Loong.
Mengutip Guardian, Lee Hsien Yang mengatakan bahwa Pemerintah Singapura saat berada di bawah kakaknya terus berupaya menekan keluarganya. Menurutnya, rezim Lee Hsien Loong sangatlah represif.
"Meskipun kemakmuran ekonomi Singapura sangat maju, ada sisi gelapnya, yaitu pemerintahnya represif," katanya, dikutip Rabu (23/10/2024).
Di bawah pemerintahan saudaranya, yang menjadi PM selama 20 tahun hingga Mei tahun ini, Lee Hsien Yang mengklaim bahwa pihak berwenang menggunakan tuduhan tidak berdasar terhadap dirinya, istrinya, dan putranya untuk mengajukan serangkaian tindakan hukum.
Pada tahun 2017, putra Lee Hsien Yang dituduh 'mempermalukan peradilan' atas komentar yang dibuat di Facebook yang mengatakan bahwa Singapura memiliki "sistem pengadilan yang lunak". Ia didenda 15.000 dolar Singapura.
Pada tahun 2018, jaksa agung Singapura mengajukan tindakan disipliner terhadap istri Lee Hsien Yang, Lee Suet Fern, seorang pengacara perusahaan yang sukses. Ia dituduh bertindak tidak pantas sehubungan dengan surat wasiat ayah mertuanya dan diskors selama 15 bulan. Pasangan tersebut juga sedang diselidiki atas tuduhan sumpah palsu.
Menurut Lee Hsien Yang, rezim kakaknya telah menempatkan Singapura sebagai bagian dari skandal korupsi internasional. Ia meminta dunia untuk memperhatikan 'sisi gelap' yang dimiliki Singapura ini.
"Dunia perlu melihat lebih dekat, untuk melihat peran Singapura sebagai fasilitator utama perdagangan senjata, uang kotor, uang narkoba, uang kripto," tambahnya.
Kronologinya
Lee Kuan Yew menjadi PM Singapura sejak 1959. Dalam sejarahnya, ia merupakan salah satu figur mengamankan kemerdekaan bekas koloni Inggris tersebut dari penyatuannya dengan Malaysia.
Namun, pemerintahannya juga mengakibatkan pemenjaraan ratusan tokoh oposisi, pembatasan kebebasan pers dan sosial, dan pembentukan pemerintahan satu partai yang efektif. Ia telah digambarkan sebagai "diktator favorit dunia demokrasi".
Setelah mengundurkan diri pada tahun 1990, ia tetap memegang pengaruh yang signifikan sebagai menteri senior hingga tahun 2004. Tahun itu, anak tertuanya, Lee Hsien Loong, menjadi PM. Seperti ayahnya, Lee Hsien Loong terus memastikan pengaruhnya dengan mengambil peran sebagai menteri senior dalam kabinet.
Keretakan keluarga kemudian dimulai pada 2015 ketika Lee Kuan Yew meninggal dunia. Konflik keluarga ini dimulai saat anak-anak Lee Kuan Yew ingin mengambil keputusan tentang rumah yang dimilikinya.
Lee Kuan Yew, yang tidak menyukai monumen untuk para pemimpin yang telah meninggal, telah lama mengatakan bahwa ia ingin tempat itu dihancurkan begitu putrinya tidak lagi tinggal di sana. Putrinya menerima hal ini, begitu pula Lee Hsien Yang.
Namun Lee Hsien Loong, yang saat itu menjadi PM, mengatakan mendiang ayahnya telah terbuka terhadap keputusan pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dengan rumah itu.
"Jelas bahwa generasi (para pemimpin) saat ini akan berusaha keras untuk menciptakan keterikatan dengan Lee Kuan Yew. Lee Kuan Yew adalah angsa emas legitimasi," kata Sudhir Vadaketh, editor Jom, sebuah majalah mingguan tentang Singapura.
Inggris Turun Tangan
Pada tahun 2020, Lee Hsien Yang bergabung dengan partai oposisi. Ia mengatakan kepada Guardian bahwa ia yakin tuduhan yang dialamatkan pada anak dan putrinya merupakan upaya bermotif politik untuk menghancurkannya.
Pada 2022, Lee Hsien Yang meninggalkan Singapura untuk menuju ke Inggris. Pada Agustus tahun ini, ia akhirnya diberikan suaka politik oleh London, sesuatu yang digambarkan Lee Hsien Yang sebagai kebebasan dari 'penganiayaan'.
"Saya pikir ini adalah pengakuan bahwa Singapura telah menganiaya saya," kata Lee Hsien Yang.
"Menurut pendapat saya, di negara yang dikontrol ketat seperti Singapura, tindakan semacam ini tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan dan persetujuan diam-diam dari Lee Hsien Loong," tambahnya.
Menanggapi kejadian ini, Juru bicara pemerintah mengatakan Lee Hsien Yang dan keluarganya 'bebas dan selalu bebas untuk kembali ke Singapura'. Namun ketika berbicara masalah hukum, Negara Kota itu mengatakan bahwa pernyataan Lee Hsien Yang bahwa tudingan kepadanya tidak berdasar juga merupakan sesuatu yang tidak berdasar.
"Temuan hukum (terhadap Lee Hsien Yang) didukung sepenuhnya oleh temuan yang terdokumentasi dengan baik dan publik dari badan peradilan yang independen," pungkas juru bicara itu.
"Di Singapura, tidak ada seorangpun yang kebal hukum. Siapa pun, termasuk keturunan PM pendiri dapat diselidiki dan dibawa ke pengadilan," katanya lagi.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Viral Spanduk Ajakan Berobat ke Malaysia
Next Article Covid-19 Singapura Ngegas 25.000, Warga Ramai-Ramai Borong Masker