Tetangga RI Korban Pertama Trump di ASEAN, Ribuan Orang Bisa Menderita

23 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat perawatan kesehatan di perbatasan Thailand-Myanmar telah diperintahkan ditutup. Hal ini memberikan ancaman bagi puluhan ribu pengungsi dari Myanmar yang berobat di klinik tersebut.

Melansir Reuters pada Rabu (29/1/2025), rencana penutupan terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membekukan sebagian besar bantuan asing pekan lalu.

Komite Penyelamatan Internasional (IRC), yang mendanai klinik dengan dukungan AS, memerintahkan fasilitas tersebut untuk ditutup paling lambat Jumat, 31 Januari besok.

Bweh Say, anggota komite pengungsi di kamp Mae La, di distrik Tha Song Yang, beserta seorang guru sekolah setempat mengatakan bahwa IRC telah memulangkan pasien. Mereka juga menghentikan wanita hamil dan pasien yang bergantung pada tabung oksigen untuk menggunakan peralatan dan obat-obatan mereka.

Mereka juga menyebut sistem distribusi air dan pembuangan sampah kamp, yang juga telah dibantu oleh organisasi tersebut, juga terkena dampak.

Kerabat dari beberapa orang yang dipulangkan "berusaha menemukan tabung oksigen" untuk dibawa pulang, kata Bweh Say.

Sekitar 50 pasien telah dipulangkan, sementara beberapa pasien yang sakit parah masih dirawat di rumah sakit Mae La, termasuk seorang anak yang baru saja pulih dari operasi jantung, kata guru sekolah itu, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.

"Biasanya rumah sakit itu menerima sekitar 100 pasien rawat jalan per hari dan sekarang tidak ada lagi," kata guru itu.

Chucheep Pongchai, gubernur provinsi Tak, mengatakan kepada media Thailand bahwa pasien yang sakit paling parah akan dipindahkan ke rumah sakit pemerintah setempat. Ia menambahkan bahwa para pejabat telah meminta IRC untuk menggunakan peralatan mereka.

Pekan lalu, Trump menghentikan bantuan pembangunan dari Badan Pembangunan Internasional AS selama 90 hari untuk menilai kesesuaian dengan kebijakan "America First" miliknya.

Pembekuan tersebut telah membuat sektor bantuan global, yang didanai besar-besaran oleh AS, menjadi kacau.

Belum jelas apa dampak dari keringanan bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa selama jeda 90 hari yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri pada Selasa, atau berapa banyak pusat di sembilan kamp yang menampung sekitar 100.000 orang yang terkena dampak.

Nai Aue Mon, direktur program Yayasan Hak Asasi Manusia Monland (HURFOM), sebuah organisasi akar rumput di Myanmar selatan, mengatakan ada kekhawatiran yang berkembang bahwa kebutuhan perawatan kesehatan dasar di kamp-kamp tersebut tidak akan terpenuhi.

"Ini menakutkan karena para pengungsi ini bergantung sepenuhnya pada bantuan ini untuk layanan kesehatan sehari-hari mereka," katanya.


(tfa/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pelantikan Donald Trump Diwarnai Aksi Demo Kecil

Next Article Trump Bikin Heboh, Sebut Dikirim ke Bumi Selamatkan Dunia, Bawa Yesus

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|