Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia kemungkinan akan memperkenalkan pemotongan subsidi lebih lanjut serta pajak baru sebagai bagian dari penyesuaian anggaran untuk tahun depan. Langkah ini dilakukan dalam upaya memperkuat posisi fiskal pemerintah di tengah ekspektasi penurunan pendapatan negara.
Dilansir Reuters, Perdana Menteri Anwar Ibrahim dijadwalkan mengumumkan rencana belanja pemerintah untuk tahun 2025 di parlemen pada Jumat (18/10/2024), dengan tujuan menyeimbangkan konsolidasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi sekaligus meringankan biaya hidup yang semakin meningkat.
Para analis dan ekonom memperkirakan bahwa Anwar akan mengumumkan langkah-langkah untuk menerapkan pajak atas barang-barang bernilai tinggi yang pertama kali diusulkan dalam anggaran sebelumnya, serta pajak atas minuman manis yang mengandung gula.
Namun, pemerintah diperkirakan tidak akan menghidupkan kembali pajak barang dan jasa (GST) secara luas, meskipun ada seruan untuk melakukannya guna meningkatkan pendapatan menjelang potensi penurunan dividen dari perusahaan energi nasional Petronas.
Kontribusi Petronas, yang merupakan sumber pendapatan penting bagi pemerintah federal, diperkirakan menurun karena harga minyak mentah yang cenderung melemah. Pada anggaran 2024, Petronas diharapkan menyumbang 32 miliar ringgit (sekitar US$7,45 miliar) dalam bentuk dividen kepada pemerintah tahun ini, turun dari 40 miliar ringgit pada 2023.
Mohd Afzanizam Abdul Rashid, kepala ekonom di Bank Muamalat Malaysia, menyatakan bahwa "dengan harga minyak mentah yang kemungkinan tetap lesu, mungkin akan cukup menantang bagi Petronas untuk mempertahankan pembayaran dividen yang besar kepada pemerintah."
Pemerintah juga kemungkinan akan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi 4,5% hingga 5,1% untuk tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 4% hingga 5%. Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada ujung atas kisaran 4% hingga 5% pada tahun ini, sementara inflasi utama atau inti tidak diharapkan melebihi 3%.
Ekonomi Malaysia tumbuh 5,9% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, yang merupakan laju tercepat dalam 18 bulan terakhir.
CIMB Research dalam catatan kliennya menyebutkan bahwa penyesuaian subsidi untuk bahan bakar RON95, gula, dan beras lokal kemungkinan akan diumumkan dalam anggaran 2025. Hal ini mengikuti penghapusan subsidi besar-besaran untuk bahan bakar diesel, listrik, ayam, dan beberapa item lainnya pada tahun ini, ketika Malaysia beralih ke pendekatan subsidi terarah yang terutama membantu rumah tangga berpenghasilan rendah dan memperkuat kas pemerintah.
Selain itu, pemerintah telah mengumumkan kenaikan gaji secara umum dan restrukturisasi gaji untuk 1,6 juta pegawai negeri sipil yang akan berlaku pada 1 Desember. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan upah seiring dengan meningkatnya biaya hidup.
Para analis memperkirakan defisit fiskal akan menyempit menjadi 3,5% hingga 3,9% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025, dibandingkan dengan perkiraan 4,3% tahun ini, berkat pemotongan subsidi tersebut.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Berencana Ubah Skema Subsidi di Indonesia
Next Article Jreng! Malaysia Makin Mesra ke China, Bawa Durian sampai Kereta Cepat