Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto memberikan klarifikasi ihwal viralnya surat undangan kepada sejumlah elemen masyarakat untuk menghadiri haul ke-2 almarhumah Haji Biasmawati Binti Baddin, Hari Santri, dan Tasyakuran di Pondok Pesantren BAI Mahdi Sholeh Ma'mun, Jalan Raya Palima Cinangka, Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, yang digelar pada Selasa (22/10/2024) pukul 08.00-12.00 WIB.
Surat itu viral karena menggunakan kop surat Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal dan ditandatangani atas nama Yandri selaku Menteri Desa dan Daerah Tertinggal. Kepada wartawan di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (23/10/2024), Yandri menjelaskan, selama 15 tahun ini acara tersebut sudah rutin digelar.
"Jadi setiap tahun kami bersama istri tinggal di sana menyelenggarakan Hari Santri Nasional dan itu biasanya memang dibuat besar-besaran ramai datang ribuan orang. Terus karena dua tahun lalu emak saya atau ibu saya meninggal, kami buat acara haul orang tua saya bagian dari bentuk darma bakti pengabdian saya, rasa sayang saya sebagai anak yang sudah dibesarkan dan alhamdulillah sudah berhasil kepada orang tua saya," kata Yandri.
"Maka kemarin ramai yang datang. Yang datang banyak bukan hanya dari Serang, tapi Cilegon, Tangerang, Pandeglang, Jakarta termasuk unsur-unsur lain banyak. Ada pihak akademisi, pejabat negara, alim ulama, kiai, masyarakat biasa. Memang yang kami undang itu sebagian kecil kepala desa lebih kurang 30 atau 25 kepala desa. Tidak semua karena punya ikatan emosional dengan keluarga kami," lanjutnya.
Politikus Partai Amanat Nasional itu menduga, acara itu viral karena dikaitkan dengan Pemilihan Umum Bupati Serang 2024. Istri Yandri, Ratu Rachmatu Zakiyah, merupakan calon bupati, berpasangan dengan calon wakil bupati Najib Hamas.
"Memang istri saya maju sebagai calon bupati Serang. Sudah lama prosesnya kan jauh sebelum jadi menteri. Sekarang kampanye sudah masuk tinggal satu bulan lagi dan selama kegiatan kemarin Bawaslu ada dan unsur lain ada dan saya tidak mungkin mencederai kekhidmatan Hari Santri Nasional," ujar Yandri.
"Apalagi itu menyangkut emak saya, almarhumah ibu saya apalagi mengaitkan dengan emak saya. Enggak mungkin saya lakukan itu. Itu benar-benar murni karena kami tinggal di pondok dan sudah lama dan sebagian besar anak, yaitu semua gratis. Sampai kuliah pun saya gratiskan. Jadi murni tidak ada kaitan dengan politik," lanjutnya.
Terkait administrasi yang dinilai keliru, Yandri berterima kasih kepada semua pihak. Termasuk eks Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang memberikan kritik.
"Kami berterima kasih atas semua sarannya. Untuk ke depan kami lebih hati-hati lagi," katanya.
Lalu, mengapa harus pakai kop surat Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal?
"Ya sebenarnya saya sudah WA itu lama karena Hari Santri Nasional sudah lama dengan WA biasa. Kemudian haul emak saya sudah tahu semua 22 Oktober. Emak meninggal saat Hari Santri Nasional juga Oktober 2022 lalu," ujar Yandri.
"Tapi ada diskusi waktu itu di internal kesekjenan perlu ada surat itu. Saya karena sedang sibuk, sedang banyak persiapan-persiapan pascapelantikan ya saya memang kurang kontrol saja. Tapi intinya dalam acara itu tidak satu sen pun uang Kemendes yang saya gunakan, demi Allah, demi rasul, enggak ada. Jadi itu murni persoalan administrasi saja dan Insya Allah ke depan kami akan lebih hati-hati lagi dan tidak mengulangi lagi," lanjutnya.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini: