Ekonomi Inggris Lagi-Lagi Kontraksi, Meleset dari Ekspektasi

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Inggris kembali mencatatkan kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Oktober 2023. Produk Domestik Bruto (PDB) turun sebesar 0,1% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, September, yang juga mengalami penurunan serupa.

Penurunan ini memberikan pukulan bagi pemerintahan Partai Buruh di bawah Perdana Menteri Keir Starmer, yang telah menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas utamanya.

Angka penurunan ini juga mengejutkan banyak analis yang sebelumnya memperkirakan adanya sedikit pertumbuhan pada Oktober. Kantor Statistik Nasional Inggris (Office for National Statistics, ONS) mencatat bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kinerja sektor minyak dan gas, restoran, pub, serta ritel.

"Angka-angka bulan ini sangat mengecewakan," kata Menteri Keuangan Rachel Reeves, yang pada Oktober lalu memperkenalkan anggaran pertamanya dengan kenaikan pajak besar-besaran untuk bisnis, dilansir AFP, Jumat (13/12/2024).

Namun, Reeves tetap optimistis dengan kebijakan ekonomi pemerintahannya. "Kami telah menerapkan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang," tambahnya.

Liz McKeown, Direktur Statistik Ekonomi di ONS, mengatakan bahwa meskipun ada kelemahan di beberapa sektor, ekonomi Inggris masih mencatat sedikit pertumbuhan dalam tiga bulan terakhir.

Namun, faktor ketidakpastian yang muncul setelah pengumuman anggaran yang "ketat" pada akhir Oktober menjadi salah satu penyebab utama lemahnya aktivitas ekonomi, menurut para analis.

Anggaran tersebut mencakup kenaikan pajak untuk bisnis dan rencana peningkatan pinjaman pemerintah, yang disebut akan diinvestasikan dalam proyek infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Langkah Bank of England

Di tengah situasi pertumbuhan yang lemah, Bank of England kini menghadapi keputusan penting apakah akan kembali memangkas suku bunga pada minggu depan. Pada November lalu, bank sentral Inggris telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

Langkah ini bertujuan untuk meringankan tekanan ekonomi yang dirasakan oleh bisnis dan konsumen akibat inflasi tinggi dan beban pajak yang meningkat.

Namun, para ekonom memperingatkan bahwa pemotongan suku bunga lebih lanjut dapat memengaruhi stabilitas fiskal Inggris dalam jangka panjang.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Paylater RI Laris Manis-Indeks Keyakinan Bisnis Inggris Anjlok

Next Article Pemerintah Inggris Blak-blakan Sebut Negara Bangkrut dan Hancur

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|