Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto masih terus menjadi sorotan dunia. Terbaru, media asal Qatar, Al Jazeera, menyusun sebuah laporan terkait langkah politik internasional mantan danjen Kopassus itu, setelah baru saja dilantik 20 Oktober lalu.
Dalam berita berjudul Indonesia's Prabowo Steers Strategic Middle Path Amid China, US Rivalry, Jumat (13/12/2024), Al Jazeera mengungkapkan bahwa berdasarkan analisa sejumlah pihak, Prabowo akan berupaya menyeimbangkan posisi geopolitik global di tengah persaingan dua negara raksasa, China dan Amerika Serikat (AS).
"Tidak seperti Jokowi, yang sebagian besar mendelegasikan urusan luar negeri dan masalah keamanan, Prabowo, melalui menteri pertahanannya, akan mendorong lebih banyak peluang dengan Pentagon," kata seorang pakar Indonesia dan direktur eksekutif Verve Research, Natalie Sambhi.
Sambhi menyebutkan bahwa meski berupaya menyeimbangkan, Prabowo saat ini memiliki minat untuk mendalami hubungan RI dengan China. Hal ini ditunjukkan melalui keberlanjutan latihan militer antara kedua negara.
"Kami memiliki waktu lima tahun untuk melihat apakah kompleksitas dan frekuensi latihan militer dengan Tentara Pembebasan Rakyat (China) berkembang dengan cara yang menyaingi intensitas latihan militer dengan militer AS," ujarnya.
Sejak terpilih menjadi presiden pada Februari lalu, Prabowo melakukan sejumlah kunjungan kenegaraan ke dua kubu. Prabowo mengunjungi Australia pada bulan Agustus dan Rusia pada bulan September sebagai presiden terpilih Indonesia.
Itu diikuti dengan kunjungan ke China pada bulan November ketika ia terpilih sebagai presiden. Tak lama kemudian, ia melakukan perjalanan ke Washington, DC, di mana ia bertemu dengan Presiden AS Joe Biden, dan mengakhiri kunjungannya dengan panggilan telepon kepada presiden terpilih AS Donald Trump.
Pada akhir November, Prabowo mengunjungi Inggris dan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Raja Charles.
Pengamat Asia Tenggara di National War College, Zachary Abuza, menyebut keputusan untuk mengunjungi China dan Rusia dahulu sebelum AS bukan karena manuver geopolitik, melainkan karena pertimbangan logistik. Maka itu, hal ini tidak mencerminkan potensi Prabowo untuk berat sebelah.
"Yang pasti, Prabowo akan menjadi sosok yang berbeda dalam hal kebijakan luar negeri dan presiden Indonesia yang baru mungkin juga berarti penguatan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di tengah persaingan regional antara Beijing dan Washington," paparnya.
"Prabowo memahami bahwa ASEAN lebih efektif dengan Indonesia yang lebih kuat di pucuk pimpinan."
Sambhi dari Verve Research mengatakan bahwa analis kemungkinan akan melihat bagaimana Indonesia di bawah Prabowo dapat memperdalam dan mendiversifikasi kemitraan keamanan regionalnya dari kutub kembar Washington dan Beijing.
"Mitra keamanan lain bagi Indonesia mungkin termasuk Australia, Prancis, India, Filipina, Korea Selatan, dan Vietnam," ungkap Sambhi.
"Makin banyak upaya yang dilakukan Indonesia bersama negara-negara Indo-Pasifik menengah dan berkembang lainnya, semakin baik bagi kawasan ini dalam mengurangi dampak persaingan AS-China."
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Elon Musk Bertemu Iran-Media Asing Sorot Prabowo Telepon Trump
Next Article Reaksi AS Soal Ledakan Pager - Ruang Manuver Fiskal Prabowo