Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia kini terlibat dalam perang di Suriah. Selama beberapa hari terakhir, jet-jet tempur Moskow telah mengintensifkan serangan udara di Kota Idlib dan Kota Aleppo untuk membantu pemerintah Presiden Bashar al-Assad memperlambat laju pejuang oposisi.
Dilaporkan CNBC International, kota di Suriah utara tersebut telah dikuasai pemberontak. Para pemberontak adalah koalisi kelompok bersenjata sekuler arus utama yang didukung Turki bersama dengan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok Islamis yang merupakan kekuatan militer oposisi yang paling tangguh.
Sementara laporan Al Jazeera menyebut serangan Rusia pada Senin tersebut menyusul kemajuan dramatis oleh HTS, meski kini seranganya agak melambat dalam 24 jam terakhir.
"Kemajuan oleh oposisi Suriah terus berlanjut di garis depan, tetapi tidak secepat sebelumnya. Akselerasinya menurun karena upaya diplomatik untuk membahas krisis telah meningkat dalam dua hari terakhir," demikian laporan Al Jazeera.
Situasi ini terjadi saat Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian berbicara melalui panggilan telepon tentang "situasi yang meningkat" di Suriah.
Kremlin mengatakan keduanya merupakan sekutu lama presiden Suriah, membahas "agresi skala besar" oleh pejuang pemberontak yang mereka pandang "sebagai upaya untuk merusak kedaulatan, stabilitas politik, dan sosial-ekonomi negara Suriah".
Putin dan Pezeshkian menyatakan "dukungan tanpa syarat" mereka terhadap pemerintah Suriah, tambah Kremlin.
"Kami, tentu saja, terus mendukung (Presiden Suriah) Bashar Assad, kami melanjutkan kontak kami pada tingkat yang sesuai dan menganalisis situasi. Suatu posisi akan dibentuk terkait apa yang dibutuhkan untuk menstabilkan situasi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Senin, seperti dikutip Sky News.
Secara terpisah, Pezeshkian mengatakan kepada Assad melalui panggilan telepon bahwa Teheran bersedia memberikan semua dukungan yang dibutuhkan untuk memukul mundur pemberontakan.
Pasukan Rusia sudah ada di Suriah untuk melawan kelompok-kelompok yang didukung oleh al-Qaeda dan ISIS. Secara teori, Rusia di sana untuk melawan ISIS. Namun dalam praktiknya, mereka juga menyerang pemberontak anti-Assad lainnya, beberapa di antaranya juga didukung oleh Barat.
Awalnya Rusia terlibat dengan Suriah dimulai dari kisah masa Perang Dingin, ketika Uni Soviet mendapat pengaruh di Suriah pada 1970-an, memberikan bantuan dan senjata. Tetapi setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1990-an, pengaruhnya di Suriah berkurang.
Pada 2000, Vladimir Putin menjadi presiden Rusia dan Bashar al-Assad menjadi presiden Suriah. Mereka tidak memiliki hubungan dekat, tetapi pada pertengahan 2000-an, Putin mulai memperluas militer Rusia ke Suriah.
Hubungan Rusia dengan Suriah mulai menguat karena hubungan Perang Dingin mereka sebelumnya. Dukungan Rusia di Suriah juga meningkat secara dramatis ketika ada serangkaian pemberontakan di Timur Tengah dimulai pada musim semi 2011.
Hubungan makin dekat saat pemimpin Libya Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011. Akibatnya, Presiden Putin mulai mencari sekutu di tempat lain di wilayah ini.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Suriah Memanas! Pasukan Pemerintah Serang Oposisi, 12 Tewas
Next Article Panas Perang Baru di Negara Arab, Rusia Turun Tangan Serbu Wilayah Ini