Diam-Diam AS Rencanakan Serangan Baru ke Rusia, Ini Targetnya

3 weeks ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Hal ini merupakan dampak dari keputusan negara itu untuk menyerang tetangganya, Ukraina, yang berniat untuk bergabung dalam aliansi militer pimpinan Washington, NATO.

Dalam laporan Bloomberg yang dikutip Russia Today, Presiden AS Joe Biden disebutkan tengah mempersiapkan sanksi yang lebih keras terhadap minyak Rusia beberapa minggu sebelum presiden terpilih Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

"Rincian pembatasan baru tersebut belum dirampungkan, tetapi Washington tengah berupaya menargetkan sejumlah ekspor minyak Rusia," kata seorang sumber kepada outlet media itu, Rabu, dikutip Kamis (12/12/2024).

Salah satu metode yang kabarnya dapat digunakan AS untuk memberlakukan sanksi ini adalah dengan menghukum pembeli produk tersebut. Walau begitu, Bloomberg memperingatkan bahwa langkah ini akan membawa risiko yang signifikan untuk negara-negara besar seperti India dan China.

"Sanksi tersebut juga akan ditujukan pada armada kapal tanker minyak Rusia, yang sering digambarkan di Barat sebagai 'Armada Bayangan', dan dapat diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang," ungkap sumber tersebut.

Sebelumnya, sanksi semacam ini pernah diterapkan pada Februari 2023. Dalam nomenklatur sanksi tersebut, Washington dan sekutunya di Eropa melarang perusahaan Barat menyediakan asuransi dan layanan lain untuk pengiriman minyak mentah Rusia, kecuali kargo dibeli pada harga US$ 60 per barel atau di bawahnya.

Sebagai tanggapan, Moskow melarang perusahaan Rusia mematuhi batasan tersebut dan mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia, khususnya India dan China.

Pemerintah Barat telah memberlakukan batasan harga dalam upaya untuk merugikan ekonomi negara tersebut. Di saat yang sama, Barat menjaga aliran minyak mentah Rusia ke pasar global agar tidak memicu kenaikan harga.

Meski begitu, Biden selama ini enggan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap minyak mentah Negeri Beruang Putih. Ia khawatir bahwa manuver itu akan membuat biaya energi meroket.

"Namun, dengan harga minyak yang turun di tengah surplus yang diharapkan tahun depan dan ketidakpastian tentang komitmen Donald Trump untuk memberikan dukungan lebih lanjut bagi Kyiv, Gedung Putih dapat menggunakan tindakan yang lebih keras," tambah sumber itu

Seruan sanksi baru merupakan bagian dari keinginan pemerintah AS yang akan berakhir untuk mengintensifkan tindakan terhadap Rusia sebelum masa jabatan Biden berakhir. Meskipun ada upaya untuk melumpuhkan ekonomi Rusia, PDB Moskow diproyeksikan akan naik sebesar 3,5% tahun ini.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Biden Izinkan Ukraina Pakai Bom AS Hingga Judol Bikin 'Candu'

Next Article HET Minyakita Naik Rp1.700, di Pasar Jakarta Sudah Dibanderol Segini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|