Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengumumkan setoran pajak hingga November 2024 telah mencapai Rp 1.688,9 triliun, atau naik 1,1% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1.669,9 triliun.
Berdasarkan jenis pajak, seluruhnya mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Hanya setoran PPh migas yang masih terus menerus kontraksi atau turun dibandingkan catatan per November 2023 disebabkan lifting minyak dan gas bumi masih di bawah target pemerintah.
"Jadi kalau kita lihat kinerja perpajakan pada umumnya masih on track baik PPh non migas, PPN dan PPnBM, serta PBB dan pajak lainnya. Yang tracknya di bawah cuma PPh migas," kata Anggito di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Anggito mengatakan, untuk setoran pajak dari sisi PPh Non MIgas telah mencapai Rp 885,77 triliun atau 83,30% dari target dan tumbuh secara bruto 0,43%. PPN dan PPnBM senilai Rp 707,76 triliun dan sudah 87,23% dari target dengan pertumbuhan 8,1%.
Sementara itu, untuk PBB dan Pajak lainnya terkumpul Rp 36,52 triliun atau sudah mencapai 96,79% dari target dengan pertumbuhan bruto 2,65%. Sedangkan PPh Migas baru terkumpul Rp 58,89 triliun dan baru 77,10% dari target dengan kontraksi mencapai 8,03% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Anggito menjelaskan, moncernya setoran PPh non migas, PBB dan pajak lainnya disebabkan peningkatan kinerja sektor pertambangan dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu PPn dan PPnBM tumbuh disebabkan membaiknya aktivitas ekonomi dalam negeri dan impor untuk sektor perdagangan maupun industri minyak kelapa sawit.
Sementara itu, untuk PPh migas masih terkontraksi karena lifting minyak realisasinya masih terus di bawah target APBN, yakni hanya 571,7 ribu barel per hari dari target 635 ribu barel per hari. Sedangkan lifting gas juga hanya 973 ribu barel setara minyak per hari dari target asumsi makro APBN 2024 sebesar 1.033 ribu barel setara minyak per hari.
"PPh migas ini masih di bawah pencapaian target kita karena lifting kita yang di bawah asumsi APBN dan harga semester 1 ataupun sampai kuartal III masih di bawah perkiraan yang kita lihat," ucap Anggito.
Berdasarkan jenis pajak utamanya, seluruh setoran pajak memang mengalami pertumbuhan yang positif. PPh 21 misalnya mengalami pertumbuhan setoran mencapai 22% secara neto dengan nilai mencapai Rp 223,42 triliun.
Sementara itu, untuk PPh 22 impor hingga akhir November 2024 mengalami kenaikan setoran sebesar 5,9% dibanding periode yang sama tahun lalu dengan nilai mencapai Rp 67,39 triliun. PPh Orang Pribadi (OP) pun tumbuh 15,3% dengan nilai setoran yang terkumpul mencapai Rp 13,38 triliun.
PPh Final juga tumbuh dua digit sebesar 12,1% dengan nilai hasil setoran Rp 123,98 triliun, PPN DN juga pertumbuhannya sebesar 6,9% secara neto dengan nilai total Rp 434,67 triliun, dan PPN Impor tumbuh 6,6% secara neto dengan nilai sebesar Rp 246,66 triliun.
Hanya PPh Badan yang masih terkontraksi dalam secara neto, yakni mencapai 23,1% dengan total nilai yang terkumpul Rp 289,80 triliun. Meski secara kumulatif masih terkontraksi, Anggito mengatakan, secara periode mengalami pertumbuhan karena peningkatan pembayaran angsuran PPh meningkat di sektor pertambangan dan industri.
"PPh badan yang dalam dua kuartal yang lalu negatif sekarang positif. Ini bisa menjadi leading indicator kondisi perekonomian dari sisi penerimaan pajak membaik empat bulan terakhir," ujar Anggito.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Skema Baru BBM Subsidi Hingga Vietnam Turunkan PPN
Next Article Sri Mulyani: APBN Juli 2024 Defisit Rp 93,4 Triliun