Dolar Tembus Rp16.000, Bos BI Beberkan Biang Kerok Rupiah Tertekan!

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah dibuka pagi ini. Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah 0,18% ke level Rp16.018/US$ pada hari ini, Senin (16/12/2024). Ini adalah level terlemah rupiah sejak Agustus 2024.

Pelemahan rupiah ini dibarengi dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG dibuka ambruk 1% lebih pada perdagangan sesi I Senin (16/12/2024). Sementara DXY pada pukul 08:52 WIB turun 0,16% di angka 106,83. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 107.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya menegaskan bahwa mata uang seluruh dunia mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. Namun, kinerja rupiah masih lebih baik dibanding mata uang negara lain.

"Memang seluruh negara mengalami depresiasi, tapi depresiasi rupiah termasuk yang kecil," paparnya dalam seminar nasional Kafegama, dikutip Senin (16/12/2024).

Adapun, dia mengakui tren penguatan dolar AS terjadi setelah kemenangan Donald Trump di Pilpres AS dan kondisi defisit fiskal AS yang meningkat hingga 7,7%.

Defisit ini memicu AS untuk mengeluarkan surat utang yang lebih banyak ke depannya. Kondisi inilah yang memicu capital reversal ke AS.

"Karena utangnya sangat besar dan suku bunga yang sangat tinggi, makanya dolarnya sekarang sedang super strong. Dolar yang sebelum Trump terpilih Itu adalah mata uang dolar dibandingkan negara-negara maju 101 sekarang 107," ungkapnya.

Di sisi lain, dia mengingatkan inflasi AS akan kembali meningkat dan Federal Reserve kemungkinan hanya akan memangkas suku bunganya sebanyak 2 kali pada tahun depan. Padahal, pasar sebelumnya memperkirakan pemangkasan Fed Fund Rate akan mencapai 4 kali pada 2025.

"Fed Fund Rate akan turun lebih sedikit," ujarnya. Kemudian, imbal hasil US Treasury, obligasi AS, meningkat tajam dan memperkuat posisi dolar AS. Kondisi ini memicu investor global berlomba-lomba ingin investasi di pasar AS.

"Itu masalahnya suku bunga tinggi dan dolarnya kuat," tegas Perry.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Malam Ini, Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Digelar

Next Article Pengusaha Minta BI Rate Tak Naik, Dolar AS Balik ke Rp15.000an

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|