Jakarta, CNBC Indonesia- Harga kopi terus mengalami peningkatan. Sebagai komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan berdasarkan volume setelah minyak mentah, harga kopi bahkan mencapai level tertinggi dalam hampir 50 tahun.
Kopi jenis arabika pada pengiriman Maret mencapai level tertinggi intraday baru sebesar 348,35 sen per pon pada Selasa. Ini merupakan level tertinggi dalam hampir 50 tahun.
Kopi jenis Arabika menguasai 60% hingga 70% pasar kopi global. Terakhir kali harga biji Arabika diperdagangkan setinggi itu adalah pada tahun 1977, tepatnya ketika salju menghancurkan sebagian besar perkebunan kopi di Brasil.
Sementara itu, harga Robusta juga naik ke rekor tertinggi baru pada akhir November. Biji kopi yang dikenal dengan rasa kuat dan pahit ini biasanya digunakan dalam campuran kopi instan.
Kekeringan dan suhu tinggi, serta ketergantungan global pada pasokan dari wilayah yang relatif sedikit, dianggap sebagai penyebab utama kenaikan harga biji kopi baru-baru ini. Kenaikan harga kopi juga terjadi di tengah kekhawatiran mengenai panen tahun 2025 di Brasil, yang sejauh ini merupakan produsen kopi terbesar di dunia.
"Negara ini mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir pada bulan Agustus dan September, diikuti oleh hujan lebat pada bulan Oktober, meningkatkan kekhawatiran bahwa panen berbunga bisa gagal," kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Denmark Ole Hansen dikutip dari CNBC, Minggu (15/12/2024).
Sebagai minuman pokok bagi miliaran orang di seluruh dunia, permintaan terhadap kopi meningkat dalam beberapa tahun terakhir seiring meningkatnya konsumsi di China. Namun, permintaan ini tak diimbangi tingkat produksi.
"Seperti kakao, kopi ditanam di wilayah tropis yang relatif sempit, dengan produsen utama termasuk Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Ethiopia. Konsentrasi ini membuatnya sangat rentan terhadap kondisi cuaca buruk, terutama di Brasil dan Vietnam, yang menyumbang sekitar 56% produksi global," tambah Hansen.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi kopi Brazil untuk tahun pemasaran 2024/2025 akan mencapai 66,4 juta (60 kilogram per kantong). Terdiri dari 45,4 juta kantong arabika dan 21 juta kantong kopi arabika. kuat.
USDA mengatakan perkiraan ini mencerminkan penurunan 5,8% dari proyeksi sebelumnya. Penurunan ini berhubungan dengan pola cuaca tidak teratur yang berdampak terhadap pengembangan tanaman, khususnya pohon arabika.
Kepala pasar komoditas pertanian di pemberi pinjaman Belanda Rabobank, Carlos Mera mengatakan Brazil akan mengalami panen arabika kelima berturut-turut yang mengecewakan karena cuaca buruk. Bahkan kata dia menyebut cuaca ekstrem akibat krisis iklim dapat menghambat pertumbuhan pohon kopi.
"Ke depan, harga kopi pasti bisa naik lebih tinggi lagi dari rekor harga saat ini," kata Mera.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pemerintah Bakal Tingkatkan Bisnis Kopi Indonesia
Next Article Jokowi Mau Produksi Kopi Naik 4 Kali Lipat Tapi Petani Terkendala Ini