Toko Percetakan di Pasar Tebet-Mal di Jakbar Sunyi Senyap, Ada Apa?

1 month ago 16

CNBC Indonesia News Foto News

FOTO

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia

15 December 2024 21:30

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Tren undangan pernikahan dalam bentuk cetak perlahan sudah mulai terpinggirkan oleh undangan digital. Akibatnya banyak pengrajin percetakan yang akhirnya mulai tutup secara perlahan, misalnya di Pasar Tebet Barat yang dulu menjadi referensi masyarakat dalam undangan cetak. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Para pengrajin percetakan yang berada di basement Pasar Tebet Barat ini juga tidak banyak menerima orderan di tengah pekan. Pantauan CNBC Indonesia pada Selasa (10/12/2024) kebanyakan pengrajin hanya duduk di depan tokonya sambil menunggu pelanggan datang. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Mulai menurunnya pesanan ke pengrajin di pasar ini karena sudah semakin banyaknya pengrajin di berbagai daerah, sehingga kini tidak lagi berpusat di Jakarta. Di beberapa situs e-commerce juga menunjukkan bahwa pengrajin undangan ini ada di beberapa wilayah seperti Bandung, Cirebon hingga Palembang. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Tak hanya toko pengrajin percetakan, hal serupa juga terjadi di salah satu mal di Jakarta Barat, yaitu Roxy Square yang dahulu ramai dikunjungi ribuan orang sebagai pusat perdagangan elektronik dan aksesoris di Jakarta, kini kehilangan kejayaannya. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Suasana ramai dan hiruk-pikuk transaksi yang pernah menjadi ciri khas Roxy Square kini hanya tinggal kenangan. Beberapa kios di lantai bawah tetap buka, namun lebih banyak digunakan untuk menyimpan stok atau sebagai kantor kecil. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Salah seorang pedagang lainnya, Iis mengungkapkan kondisi sepinya mal ini sudah terjadi jauh sebelum pandemi COVID-19, yakni sejak tahun 2018 silam. Namun, pandemi memperparah situasi hingga banyak toko tutup permanen. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Meski sepi pengunjung, beberapa pedagang tetap bertahan berkat biaya sewa kios yang terbilang murah. Salah satu pedagang menjelaskan, untuk kios berukuran 6,30 m², biaya sewa hanya Rp2,5 juta per tahun dengan service charge Rp421.000 per bulan. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Sebagaimana diketahui, dahulu Roxy Square merupakan satu destinasi utama bagi mereka yang mencari elektronik, aksesoris, hingga pakaian. Kini, suasana mal bak kuburan, jauh dari aktivitas jual-beli yang semestinya. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Sebagai catatan, artikel ini ditulis berdasarkan hasil pantauan langsung di lapangan dan wawancara dengan narasumber yang tersedia. Sampai berita ini ditayangkan, CNBC Indonesia telah berupaya menghubungi dan menemui pihak pengelola Roxy Square untuk mendapatkan konfirmasi serta tanggapan terkait kondisi mal, namun pihak pengelola belum memberikan respons. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)


Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|