Xi Jinping Ogah Hadiri Pelantikan Trump, Ini Alasannya

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin China Xi Jinping kemungkinan melihat undangan pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump sebagai sesuatu yang terlalu berisiko untuk diterima.

Pasalnya, sikap Trump mungkin tidak akan banyak berpengaruh pada hubungan kedua negara karena track record yang semakin kompetitif antara kedua negara saat Gedung Putih berpindah tangan, kata para ahli.

Sekretaris pers Trump yang baru, Karoline Leavitt, mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa Trump memberikan undangan ke upacara pada tanggal 20 Januari. Kedutaan Besar Tiongkok di Washington enggan berkomentar undangan tersebut. Namun para ahli tidak melihat Xi akan datang ke Washington bulan depan.

Mengapa Xi tak hadir?

"Dapatkah Anda membayangkan Xi Jinping duduk di luar ruangan di Washington, D.C., pada bulan Januari di kaki podium, dikelilingi oleh anggota Kongres yang agresif, menatap Donald Trump saat ia menyampaikan pidato pelantikannya?" kata Danny Russel, yang sebelumnya menjabat sebagai asisten menteri luar negeri untuk urusan Asia Timur dan Pasifik dilansir dari AP, Sabtu (14/12/2024).

Russel, yang kini menjabat sebagai wakil presiden bidang keamanan dan diplomasi internasional di Asia Society Policy Institute, mengatakan Xi tidak akan membiarkan dirinya "direndahkan statusnya menjadi tamu yang merayakan kemenangan seorang pemimpin asing - apalagi presiden AS."

Pengamat lain dari lembaga pemikir yang berpusat di Washington yakni direktur program Tiongkok di Stimson Center Yun Sun mengatakan Beijing akan bermain aman jika tidak ada protokol atau preseden bagi seorang pemimpin Tiongkok untuk menghadiri pelantikan presiden AS. "Saya rasa Tiongkok tidak akan mengambil risiko," kata Sun.

Mungkin ada risiko dalam daftar tamu, misalnya, kata Sun, seraya mencatat bahwa diplomat tertinggi Taiwan di AS menghadiri pelantikan Presiden Joe Biden pada tahun 2021. Beijing menganggap Taiwan sebagai wilayah Tiongkok dan telah berulang kali memperingatkan AS bahwa itu adalah garis merah yang tidak boleh dilanggar.

Jika Trump mengenakan tarif setinggi 60% pada barang-barang China setelah menjabat seperti yang diancamkan, Xi akan terlihat seperti orang bodoh jika dia memilih untuk hadir, dan itu tidak dapat diterima oleh Beijing, kata Sun.

Sebaliknya, pejabat China dikenal karena obsesi mereka dengan martabat dan keamanan pemimpin mereka saat bepergian ke luar negeri, kata Russel, yang telah menegosiasikan pertemuan tingkat tinggi dengan China.

"Mereka selalu menuntut agar setiap perjalanan pemimpin ke Washington diperlakukan sebagai 'kunjungan kenegaraan' penuh dengan semua fasilitasnya," kata Russel.

Apa yang akan terjadi pada hubungan AS-China?

Kembalinya Trump ke Gedung Putih diharapkan akan semakin mengintensifkan persaingan AS-China. Ia telah memilih beberapa orang yang agresif terhadap Tiongkok untuk Kabinetnya, termasuk Senator Marco Rubio sebagai menteri luar negeri dan Rep. Mike Waltz sebagai penasihat keamanan nasional.

Beijing telah mengadopsi pendekatan 'wait n see' tetapi mengatakan pihaknya siap untuk membalas jika Washington menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok atau melakukan tindakan tidak bersahabat lainnya.

Sun dari Stimson Center memperingatkan bahwa undangan Trump tidak mengecualikan kebijakan yang bermusuhan terhadap Tiongkok. Trump mengunjungi Tiongkok pada tahun 2017 dan "bersikap baik tetapi tahun berikutnya ia memulai perang dagang. Kita telah melihat ini sebelumnya," kata Sun.


(fys/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Amazon Bakal Sumbang Rp 15,9 Miliar di Pesta Pelantikan Trump

Next Article Reaksi Pemimpin Dunia Donald Trump Ditembak, Xi Jinping Bilang Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|