Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menegaskan, daya beli masyarakat Indonesia masih kokoh, tercermin dari nilai riil konsumsi rumah tangganya maupun dari sisi pertumbuhannya.
Meskipun, dari sisi level pertumbuhannya stagnan di bawah 5% pasca pandemi Covid-19 pada 2020. Sebelum masa Pandemi, level pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu di atas 5%, seperti pada 2018 tumbuh 5,1% dan pada 2019 di level 5%.
"Dari sini kita lihat nilai konsumsi rumah tangga selalu meningkat, dengan pengecualian 2020 yang covid paling dalam kontraksi konsumsinya secara riil itu memang turun, minus 2,6%," kata Febrio dalam acara Peluncuran Laporan Belanja Perpajakan Tahun 2023 di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (16/12/2024).
Meski tumbuh 5% sebelum era pandemi Covid-19, pada 2018 konsumsi rumah tangga secara nominal sebesar Rp 8,3 ribu triliun, dan pada 2019 menjadi Rp 9 ribu triliun. Lalu, pada 2020 saat kontraksi 2,6% konsumsi rumah tangga nominalnya menjadi Rp 8,9 ribu triliun.
Sementara itu, pada 2021, Febrio menegaskan, konsumsi rumah tangga secara nominal telah kembali naik ke level Rp 9,2 ribu triliun dengan pertumbuhan 2%. Lalu, pada 2022 menjadi Rp 10,2 ribu triliun dengan pertumbuhan 4,9% dan pada 2023 ke level Rp 11,1 ribu triliun dengan pertumbuhan 4,8%.
Khusus untuk 2024, ia memperkirakan konsumsi rumah tangga secara nominal untuk pertama kalinya akan menembus level Rp 12 ribu triliun dengan pertumbuhannya sebesar 4,9%.
"2024 kita estimasi Rp 12 ribu triliun nilai konsumsi nominal rumah tangga. Secara pertumbuhan riilnya kita lihat 2022 itu sudah di 4,9% pertumbuhannya secara tahunan, lalu 2023 melemah sedikit ke 4,8% tapi 2024 kita estimasi lebih tinggi dari tahun lalu di 4,9% pertumbuhan riilnya," tegas Febrio.
Dari sisi inflasi pun ia tekankan terus berada di level rendah dengan proyeksi pada keseluruhan tahun ini hanya akan berada pada kisaran 1,8% level inflasi umum. Turun dibanding level inflasi pada 2023 yang sebesar 2,6% dan bahkan jauh lebih rendah dari posisi inflasi pada 2022 di level 5,5% saat terjadi lonjakan harga komoditas.
"Ini bagus untuk masyarakat, sehingga inflasi keseluruhan tahun 2024 ini menjadi 1,8% saat core inflation di atas 2%. Ini yang gambarkan daya beli masyarakat cukup stabil," tuturnya.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hidup Makin Terancam, PPN Naik di tengah Daya Beli 'Kendor'
Next Article Instansi dengan Gaji Tertinggi di RI Ini Buka 607 Formasi CPNS